Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Rexy Mainaky, memastikan bahwa program karantina di Kudus yang dijalani menjelang Olimpiade Rio 2016 sifatnya tidak kaku.
"Mereka akan mengikuti karantina di dua tempat yakni Kudus dan Sao Paulo. Di dua lokasi ini penerapan programnya lebih fleksibel jika dibanding latihan di pelatnas," kata Rexy saat ditemui di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Rexy mengaku ingin ada perubahan suasana antara latihan di Cipayung dan Kudus.
"Di Cipayung mereka sudah berlatih ketat sehingga saat di Kudus tidak ada program yang kaku atau jadwal yang ketat. Misalnya, jam ini pemain harus melakukan apa," ujar Rexy.
Menurut Rexy, para pemain mendapat waktu yang lebih fleksibel untuk menjalani program.
"Jika pemain ingin melihat video pertandingan silakan karena kami sudah memiliki timnya. Begitu pula saat peman butuh psikolog kami sudah menyediakan dan itu bisa kapan saja," tutur Rexy.
Meskipun program dibuat lebih fleksibel, intensitas latihan pemain tidak mengendur.
"Latihan tetap dilakukan dengan intensitas tinggi. Kami ingin saat di Kudus itu pemain bisa berpikir lebih tenang. Kami memilih karantina di Kudus karena Kota Pesantren," ucap Rexy.
Para pebulu tangkis yang akan berlaga pada Olimpiade Rio menjalani masa karantina di Kudus 11-16 Juli. Setelah itu, mereka akan kembali ke Jakarta lebih dulu.
Mereka baru bertolak ke Sao Paulo pada 27 Juli. Di sana program yang diberikan berbeda dengan di Kudus.
"Kalau Sao Paulo program mereka sudah mengarah ke pra-kompetisi. Di sana lebih fokus pada pembenahan strategi, tidak ada penanganan khusus lagi hanya mengoreksi gap yang ada," ucap Rexy.