Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Klub-klub Divisi Utama (DU) yang berlaga di ISC mulai buka suara terkait nilai denda. Mereka mempertanyakan mengapa nilai denda yang diterima klub TSC dan ISC sama, sedangkan besaran subsidi dari operator turnamen, PT Gelora Trisula Semesta (GTS), berbeda.
Penulis: Gonang Susatyo
Seperti diketahui, tim-tim di ISC hanya mendapatkan subsidi 400 juta rupiah di babak penyisihan, sedangkan klub-klub TSC mengantongi dana sebesar 5 miliar.
Salah satu klub yang sudah mulai gerah dengan regulasi tersebut ialah PSS Sleman. Tim berjulukan Super Elang Jawa itu didenda 10 juta karena ulah suporter yang terlibat kericuhan dengan suporter lawan.
Insiden itu terjadi saat PSS melakoni laga tandang melawan Persinga Ngawi.
“Dendanya sama, tapi dana subsidi berbeda antara klub yang ikut ISC dan TSC,” ungkap Manajer PSS, Arief Juli Wibowo.
Persis Solo juga dijatuhi hukuman serupa akibat kasus cerawat di pertandingan melawan PSGC Ciamis. Persis boleh dibilang apes karena insiden tersebut terjadi di laga pembukaan yang dihadiri petinggi PT GTS.
“Denda kasus cerawat yang dijatuhkan sama dengan tim-tim TSC,” kata Sapto Joko Purwadi, sekretaris Persis.
Klub-klub DU sendiri sudah dua kali menerima subsidi dengan nilai total Rp 200 juta. PSS tidak menerima utuh karena dipotong untuk denda.
“Kami yang menginformasikan bila denda diambil dari subsidi klub. Kami bersyukur karena selama menggelar pertandingan kandang, PSS tidak dijatuhi denda. Suporter PSS sudah makin dewasa karena mereka tidak lagi menyalakan cerawat di stadion,” ungkap Rumadi, Direktur Operasional PT Putra Sleman Sembada, pengelola PSS.
Meski tidak besar, subsidi itu cukup membantu klub.
“Biar bagaimanapun, dana subsidi itu membantu untuk menyelesaikan kewajiban klub,” tutur Rumadi.
[video]https://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4983031113001&preload=none[/video]