Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Namun, kini, selepas si gigi tonggos Ronaldo serta Adriano, posisi nomor 9 Brasil "hanya" ditempati oleh nama-nama sekelas Luis Fabiano, Fred, Diego Tardelli, dan kini Jonas Goncalves serta bocah berusia 19 tahun, Gabriel Barbosa, di Copa America Centenario.
Dua nama terakhir jelas gagal menggantikan peran Neymar, yang disiapkan untuk Olimpiade Rio, sebagai pendulang gol.
Baca Juga:
Bersama Argentina, yang hingga tenggat cetak baru melakoni dua partai, Brasil memang menjadi tim tersubur di fase grup Copa America dengan 7 gol. Namun, ketujuh gol itu diciptakan hanya dalam pertandingan menghadapi Haiti.
Dua partai lain, yakni kontra Ekuador dan Peru, disudahi tanpa kuasa menjebol gawang lawan.
Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri, begitu pula buat Selecao.
Syaratnya, sebagaimana diingatkan Pele, Brasil harus kembali pada ginga alias kebebasan berekspresi bagi setiap individu di lapangan, yang memang menjadi jati diri sepak bola mereka.
Saat bertemu dengan BOLA di final Liga Champions 2014/15 di Berlin, sejumlah wartawan Negeri Samba yang mengintili kiprah Neymar bersama Barcelona menyebut Brasil kini krisis seniman sepak bola karena klub-klub lokal lebih mengutamakan pemain dengan kedisiplinan taktik demi memenuhi standar klub Eropa sebagai pembeli potensial.
Berubahlah, Brasil!