Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Prestasi yang diraih Alfred Riedl selama menangani tim nasional bisa dibilang tak terlalu mentereng. Meski demikian, sosok kepemimpinan Alfred ternyata masih meninggalkan kesan positif bagi para penggawa Merah-Putih yang pernah dilatihnya.
Penulis : Martinus Raya Bangun
Salah satunya adalah Maman Abdurrahman. Bek tengah yang kini berseragam Persija tersebut merupakan anak asuh Alfred di Piala AFF 2010.
"Saya kira keputusan memilih kembali Alfred Riedl cukup baik. Ia pelatih yang disiplin dan tegas. Apalagi, ia juga sudah mengerti karakter pemain Indonesia dan demikian pula sebaliknya. Hal itu tentu akan mempermudah hubungan pemain dan pelatih selama masa persiapan," ujar Maman.
Lebih lanjut, Maman juga menggambarkan Riedl sebagai pelatih yang lebih condong membela pemainnya ketimbang menyalahkan. Kesan itu benarbenar membekas di Maman, terlebih ketika dirinya dianggap sebagai salah satu kambing hitam atas kekalahan 0-3 dari Malaysia di leg pertama final Piala AFF 2010.
Kala itu, proses gol pertama Malaysia berawal dari keteledoran Maman dalam mengawasi pergerakan striker Malaysia, Norshahrul Idlan.
"Saya memang agak teledor dalam proses gol itu. Namun, usai laga, Riedl tak sepenuhnya menyalahkan saya. Malah sebaliknya, ia membela saya dari para penghujat timnas. Saya masih ingat betul pesan beliau kala itu bahwa pemain bola itu bukan malaikat yang tak pernah berbuat salah," ujar Maman melanjutkan.
Terkait kegagalan Alfred kala menangani timnas senior di Piala AFF 2014, Maman tetap berpandangan positif.
Baca Juga:
"Yang lalu biarlah berlalu. Kalau di Piala AFF 2014 kita gagal toh bukan sepenuhnya salah pelatih. Jadi, mari berharap ia bisa menghadirkan gelar untuk Indonesia di Piala AFF 2016 mendatang," ujar Maman.
Selain Maman, mantan penggawa Merah-Putih lain yang kerap memuji karakter Alfred adalah Bambang Pamungkas.
Dalam beberapa kesempatan, Bepe menilai bahwa selain disipilin dan tegas, Alfred juga bisa memosisikan dirinya sebagai ayah saat berhadapan dengan pemain. Beragam pujian lain untuk sang pelath juga turut disertakan Bepe dalam beberapa artikel yang tertuang di bukunya, Ketika Jemariku Menari.