Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Berisik, Akademi Sepak Bola Klub Liga Singapura Diprotes Warga

By Estu Santoso - Sabtu, 11 Juni 2016 | 01:30 WIB
Fasilitas latihan Home United Youth Football Academy yang diprotes warga karena berisik. (THE NEW PAPER)

League atau Liga Singapura, Home United FC, serius mengembangkan akademi sepak bola mereka. Tetapi, akademi dengan nama Home United Youth Football Akademi (HYFA) itu diprotes warga karena berisik.

HYFA terletak di Jalan Mattar 10, Singapura itu memiliki 12 lapangan untuk latihan. Di komplek itu, HYFA selain ada lapangan juga ada gedung yang merupakan pusat olahraga, ruang kelas, serta kantor akademi itu.

Bahkan, fasilitas HYFA disebut-sebut sebagai tempat yang bisa berfungsi sebagai pusat pelatihan olahraga secara nasional. Tetapi, HYFA telah menerima kemarahan sejumlah warga.

Warga yang tinggal di blok yang berdekatan dengan pusat kegiatan HYFA di sekitaran Jalan Aljunied, Singapura terganggu. Mereka terganggu berisiknya suara yang dihasilkannya dari kegiatan sepak bola.

”Kami telah membuat langkah-langkah konkret untuk mengurangi noise.

CEO Home United FC, Azrulnisam Shah.

Polusi suara yang diprotes warga itu antara lain bunyi peluit sampai teriakan para pemain serta pelatih. Warga yang merasa terganggu pun mengumpulkan suara dan diwujudkan dalam sebuah petisi.

”Ada beberapa perbaikan, tetapi lapangan sangat dekat dengan bangunan tempat tinggal kami. Bahkan, kami berbicara dengan volume normal saja tak bisa saling dengar,” kata Alan Hoong, yang tinggal di blok yang paling dekat dengan HYFA, Blok 126.

”Mereka menjalankan program mulai pukul 08.00 sampai 09.00 pagi pada Sabtu, Minggu, dan bahkan hari libur. Semua itu membuat kami frustrasi,” lanjutnya.

Hoong yang seorang karyawan berusia 55 tahun memimpin meluncurkan petisi tak puas dengan hasil diskusi yang dilakukan. HYFA melakukan pertemuan dengan warga serta Singapore Land Authority (SLA) dan Urban Redevelopment Authority (URA).

Petisi itu ditandatangani oleh lima keluarga dari blok tempat tinggal Hoong. Hoong juga mengklaim bahwa ada lebih banyak lagi yang mendukung petisi tersebut.

Baca juga:

”Ini seperti hidup di dalam sebuah stadion sepak bola. Jika diberi pilihan, saya ingin mereka keluar dari sana. Tetapi, saya tahu itu tidak akan terjadi,” tutur Hoong.

Diluncurkan pada 2014, HYFA sudah enam tahun dari sembilan tahun mereka menyewa lahan itu ke SLA. Fasilitas ini telah dikelola oleh Asia Sports Holdings sejak Juli 2015.

HYFA bekerja di bawah manajemen Home United sehingga urusan ini pun membuat klub Liga Singapura itu repot. Namun, CEO Home United, Azrulnizam Shah mengungkapkan bahwa HYFA telah bergerak ke arah positif.

”Kami telah membuat langkah-langkah konkret untuk mengurangi noise,” kata Azrulnisam.

 

Menurut manajemen Home United, HYFA membatasi pemakaian peluit dan tak memakai lapangan yang paling dekat dengan blok warga tinggal. Mereka juga menyediakan hotline layanan cepat bagi warga yang merasa terganggu.

Kebijakan HYFA itu sebenarnya merugikan mereka. Pembatasan pemakaian lapangan itu, HYFA kehilangan pemasukan 15.000 dolar Singapura atau sekitar Rp 150 juta per bulan.  

Padahal, HYFA setiap bulannya harus tetap membayar uang sewa penuh ke SLA sebesar 34.000 dolar Singapura atau setara Rp 333 juta. Sebelumnya, URA juga menjamin kalau lokasi itu memang diperuntukkan sebagai arena kegiatan olahraga.

Kenyataan ini membuat SLA pun bergerak dan mereka sedang memantau yang dikeluahkan warga. Tetapi, SLA juga mengkaji pengurangan harga sewa yang harus dibayar manajemen Home United.

Selain itu, HYFA juga menawarkan memberikan pelayanan fasilitas gratis ke warga sekitar akademi itu.

 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P