Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ratchanok Intanon dan Mimpi Menggengam Medali Emas Olimpiade

By Pipit Puspita Rini - Rabu, 8 Juni 2016 | 12:56 WIB
Pebulu tangkis tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon, mengembalikan kok dari pemain China, Sun Yu, pada laga final Singapura Terbuka di Singapura, Minggu (17/4/2016). (MOHD FYROL/AFP PHOTO)

Pebulu tangkis tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon, bertekad meraih medali emas pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Agustus mendatang.

Empat tahun lalu, pada Olimpiade 2012 London, pebulu tangkis 21 tahun ini terhenti pada babak perempat final setelah dikalahkan unggulan kedua asal China, Wang Xin, dengan 21-17, 18-21, 14-21.

"Saya pikir, ketika itu saya punya kesempatan untuk menang dan sangat dekat dengan meraih medali," kata Intanon dalam wawancara dengan Reuters di Sydney, Australia, Selasa (7/6/2016).

Intanon menyebut pengalaman bertanding yang masih minim jadi alasan kekalahannya. Ketika itu, dia masih sangat muda, 17 tahun, sementara Wang sudah kaya pengalaman.

"Mungkin, secara mental dia lebih baik dari saya," kata Intanon.

Setelah kekalahan tersebut, Intanon merasa sangat kecewa. Bahkan, dia sempat merasa enggan untuk berlatih dan bermain bulu tangkis lagi.

"Namun, saya mendapatkan dukungan. Keluarga yang mencintai saya berkata bahwa tidak apa-apa kalah, saya masih punya waktu. Saya harus belajar lagi," ujar Intanon.

Intanon pun bangkit. Pada 2013, dia menjadi pebulu tangkis termuda sepanjang sejarah yang bisa menjadi juara dunia yakni ketika berusia 18 tahun.

Pada partai final turnamen yang berlangsung di Guangzhou, China, dia menundukan peraih medali emas Olimpiade 2012, Li Xuerui.

Setelah pencapaian tersebut, jalan terjal kembali harus dilalui perempuan yang biasa disapa May ini. Cedera beruntun dan tak kunjung pulih membuat performanya menurun.

Namun, dia sudah kembali ke performa terbaik dalam beberapa bulan terakhir. Dia kembali menjadi ancaman dengan mencatat tiga gelar superseris secera beruntun di India Terbuka, Malaysia Terbuka, dan Singapura Terbuka.

Hasil tersebut juga mengantarnya menjadi pebulu tangkis Thailand pertama yang bisa menjadi nomor satu dunia.

Dengan rasa percaya diri yang kembali dimiliki, ditambah pengalaman serta prestasi yang sudah ada dalam genggaman, Intanon menatap positif Olimpiade Rio.

"Saya berharap bisa meraih medali emas untuk Thailand. Itu tidak terlalu sulit dan saya yakin bisa melakukannya," ucapnya optimistis.

Meski masih muda, Intanon punya sejarah panjang dalam perjalanan kariernya. Pada awal mengenal bulu tangkis, saat masih berusia 6 tahun, dia berlatih di luar pabrik tempat orang tuanya dulu berkerja.

Kini, dengan uang yang diperoleh dari memenangi turnamen serta sponsor, Intanon punya cukup uang untuk memodali orang tuanya membuka usaha makanan sendiri.

Dia juga bukan pemain yang lupa untuk membalas budi. Ketika punya kesempatan bermain bulu tangkis dengan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha, Intanon meminta agar permohanan pelatihnya yang berasal dari China, Xie Zhuhua, untuk menjadi warga negara Thailand bisa diproses dengan cepat.

Xie Zhuhua melatih Intanon sejak dia masih junior. Xie punya pengaruh besar dalam permainan Intanon, terutama saat menghadapi para pemain China. Pada era 1990-an, Xie merupakan lawan tanding Li Yongbo, pelatih kepala China saat ini.

"Dia merperlakukan saya seperti anaknya karena dia tidak punya anak sendiri. Dia sayang kepada saya seperti anak sendiri. Buat saya, dia seperti ayah kedua. Karena itu, saya berusaha yang terbaik (untuk membantunya menjadi warga Thailand)," kata Intanon.

Intanon saat ini berada di Sydney untuk mengikuti Australia Terbuka, 7-12 Juni. Unggulan kedua tersebut akan menjalani babak pertama pada hari ini, Rabu (8/6/2016), dengan menghadapi Minatsu Mitani (Jepang).

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P