Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Partai kontra PS TNI pada 10 Juni bisa menjadi laga kandang terakhir Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Setelah itu, Ismed Sofyan dkk akan menjalani laga usiran di luar ibu kota dalam mengarungi lanjutan TSC 2016.
Persija rencananya akan mengungsi ke Stadion Wibawa Mukti, Kabupaten Bekasi, dengan opsi kedua di Stadion Manahan, Solo. Hijrah ke kota lain menjadi kewajiban lantaran SUGBK akan menjalani proses renovasi mulai akhir Juni 2016 sampai Agustus 2017 untuk keperluan Asian Games 2018.
Sebenarnya, menjalani laga usiran bukanlah pengalaman baru bagi Persija. Tim kota metropolitan itu sudah terbiasa menjalaninya pada musim-musim sebelumnya dalam ajang Liga Super Indonesia. Pada LSI 2013, Macan Kemayoran menjalani tujuh laga usiran saat menjamu Persegres Gresik, Persela Lamongan, Persepam Madura United, Persiba Balikpapan, Barito Putera, Persib Bandung dan Pelita Bandung Raya (kini Madura United).
Kini di TSC, Persija akan melakoni 14 partai usiran. Selain bisa berdampak buruk pada sisi psikologis pemain, laga usiran akan berefek pada berkurangnya uang yang masuk ke kantong klub.
“Rasa kecewa jelas ada karena laga kandang tak bisa digelar di Jakarta. Saya belum tahu akan bermain di mana, yang jelas waktu tempuh kami akan semakin jauh ke stadion. Hal itu bisa berdampak pada kelelahan pemain,” kata kapten Persija, Ismed Sofyan.
Selain bisa berefek negatif pada kondisi fisik Maman Abdurahman cs, kepindahan markas juga berpengaruh pada durasi bertemunya pemain dengan keluarganya.
“Ada faktor nonteknis yang perlu diperhatikan. Jika main di GBK banyak keluarga pemain mendukung langsung lantaran banyak yang berdomisili di Jakarta. Andaikan main jauh dari Jakarta, mungkin akan berkurang,” kata Maman.
Hikmah
Bila pemain harus siap dengan berkurangnya dukungan The Jakmania (suporter Persija), panitia pelaksana (panpel) Persija telah mewanti-wanti bakal menurunnya pendapatan dari tiket pertandingan.
“Pasti penghasilan panpel menurun. Tapi, itu berbanding lurus dengan biaya kandang yang lebih kecil, seperti sewa stadion dan biaya keamanan. Hanya, kondisi itu akan berpengaruh pada penurunan harga tiket juga,” kata Bobby Kusumahadi, panpel Persija.
Saat laga kandang digelar di SUGBK, panpel mematok harga tiket terendah Rp 50.000. Dengan nilai itu saja, panpel Persija bisa mengantongi sekitar Rp 2,5 miliar, dengan catatan 50.000 tiket yang disediakan habis terjual.
Bagi beberapa elemen di Persija, kondisi ini terjadi tak lepas dari tugas pemerintah daerah maupun pusat.
"Setidaknya Pemda Jakarta perlu membangun satu stadion lagi di Jakarta sebagai pengganti Lebak Bulus," ujar Ismed, yang disetujui Richard Ahmad, Ketua Umum Jakmania.
"Kondisi ini pekerjaan rumah Pemda DKI dan pemerintah nasional. Jangan menggusur stadion sebelum membangun gantinya," ucap Richard.
Meski banyak efek negatifnya, ada hikmah yang dapat dipetik dari partai usiran. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada Jakmania yang biasanya sulit menjangkau SUGBK.
“Kami akan bersosialisasi dengan kelompok-kelompok The Jakmania di luar Jakarta untuk terus meramaikan stadion,” kata Richard. (kuh)