Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mantan pemain PSIS Semarang, Tugiyo (39), menceritakan kesibukannya usai pensiun dari dunia sepak bola. Pemain yang juga dijuluki 'Maradona dari Purwodadi' itu nyatanya tetap mendedikasikan hidupnya untuk dunia yang membesarkan namanya tersebut.
Walaupun tidak tergabung dalam skuat Primavera ataupun Baretti yang dikirim ke Italia pada dekade 90an silam, namun Tugiyo tetap ditugasi menjebol gawang Angelo Peruzzi saat laga ekshibisi antara Primavera Baretti kontra Calcio Legend di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Sabtu (21/5/2016).
"Saya sekarang menjadi pelatih SSB (Sekolah Sepak Bola) di Salatiga, Jawa Timur. Senin hingga Jumat saya melatih, Sabtu dan Minggu saya pulang ke Semarang," ucap Tugiyo.
Baca Juga: Meledek Legenda Indonesia, Del Piero Tertawa
Sebagai pelatih SSB, Tugiyo sangat lega dengan pencabutan sanksi PSSI oleh FIFA. Menurut pelatih bertubuh gempal itu, orang tua dari para murid di akademi miliknya juga menyambut baik keputusan tersebut.
"Saat PSSI disanksi FIFA, para orang tua mulai pesimistis dengan menyekolahkan anaknya di SSB. Setelah sanksi itu dicabut, mereka mulai optimistis dengan masa depan anaknya," katanya.
Tugiyo mendapat julukan 'Maradona dari Purwodadi' bukan tanpa alasan. Pemain bertinggi 160 cm itu mengaku memang mengidolakan legenda timnas Argentina itu.
"Setelah membawa PSIS juara, saya sangat bangga karena dapat mengharumkan nama Jawa Tengah. Kebetulan idola saya sejak kecil adalah Maradona. Maka dari itu, muncullah sebutan tersebut," tuturnya.
Pada 13 April 1999, Tugiyo menjadi pencetak gol kemenangan PSIS atas Persebaya Surabaya pada final Liga Indonesia V di Stadion Klabat, Manado.