Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Empat belas tahun lamanya Indonesia merindukan gelar Piala Thomas. Terakhir kali pasukan Merah Putih memboyong trofi kejuaraan beregu putra nan paling bergengsi di dunia itu pada 2002 di Guangzhou, China, ketika menang 3-2 atas Malaysia.
Laporan langsung Aloysius Gonsaga Angi Ebo dari Kunshan, China
Dalam perjalanan menyabet gelar ke-13 sehingga saat ini Indonesia menyandang status peraih juara terbanyak event tersebut, Taufik Hidayat dan kawan-kawan menyingkirkan Denmark di semifinal dengan kemenangan 3-0. Setelah itu, pada partai puncak Indonesia harus melewati laga ketat melawan Malaysia untuk meraih kemenangan tipis 3-2. Hendrawan, yang kini menjadi pelatih tunggal putra Malaysia, menjadi penentu pada partai kelima setelah menang atas Roslin Hashim.
Kini, mimpi untuk kembali menggenggam Piala Thomas sudah ada di depan mata karena Indonesia berhasil menjejakkan kakinya di final usai menyingkirkan Korea Selatan 3-1 di semifinal, Jumat (20/5/2016). Perlu satu langkah lagi untuk mengubah impian tersebut menjadi kenyataan.
Denmark akan menjadi lawan Hendra Setiawan dan kawan-kawan dalam partai puncak di Kunshan Sports Center pada Minggu (22/5) ini, tepatnya pukul 13.00 waktu setempat atau 12.00 WIB. Duel Indonesia vs Denmark akan disiarkan secara langsung oleh KOMPAS TV.
Denmark, yang prestasi terbaiknya selama ini delapan kali menjadi runner-up, memperlihatkan performa impresif saat menyingkirkan Malaysia pada partai semifinal. Mereka membuat comeback gemilang, karena setelah tertinggal 0-2, raksasa bulu tangkis Eropa ini menyapu tiga kemenangan terakhir untuk meraih tiket final.
Semangat inilah yang harus diwaspadai Indonesia. Apalagi, mereka memiliki kekuatan yang cukup merata sehingga cukup optimistis menghadapi Indonesia, yang didominasi pemain muda pada sektor tunggal.
"Saya belum tahu nanti, karena sekarang kami ingin menikmati dulu kegembiraan ini. Saya rasa kami memiliki peluang yang lebih bagus melawan Indonesia dibandingkan jika bertemu China," ujar pelatih kepala Denmark, Lars Uhre, soal peluang melawan Indonesia pada final. Lars Uhre mengungkapkan hal tersebut usai timnya menyingkirkan Malaysia.
Namun Indonesia tidak gentar. Momentum sudah berada di tangan, setelah pasukan Merah Putih bermain sangat impresif ketika menaklukkan Korea Selatan 3-1 pada partai semifinal. Usai Jonatan Christie takluk dari Son Wan-ho, ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan bermain sangat menawan untuk mengalahkan pasangan nomor satu dunia, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, dengan straight game 21-15, 21-12, disusul kemenangan pemain muda Anthony Ginting atas Lee Dong Keun dan ditutup oleh Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, yang menang atas Kim Gi-jung/Kim Sa-rang.
"Kami tidak mau banyak berkomentar tentang mereka, jadi soal detail pada pertandingan final melawan mereka kami lebih tertutup. Biarkan hanya kami yang tahu," ujar manajer tim Thomas dan Uber Indonesia, Rexy Mainaky, usai memantau Hendra Setiawan dkk melakukan latihan di hall bulu tangkis Kunshan Sports Center, Sabtu (21/5) sore.
Rexy juga tak mau banyak memberikan tanggapan soal kebangkitan Denmark ketika melakoni laga semifinal yang ketat melawan Malaysia. Mantan ganda terbaik Indonesia ini hanya ingin fokus kepada timnya.
"Kami tidak mengetahui saol titik balik mereka. Paling tidak kami suda tahu tentang bermain di event beregu. Yang pasti, kalau sudah sampai final Indonesia siap lawan siapa saja," ujar Rexy yang menilai peluang Indonesia 55-45.
Pelatih kepala tunggal putra Indonesia, Hendri Saputra, juga memiliki optimisme cukup tinggi. Dia pun bangga dengan penampilan para pemain muda Tanah Air, yang merupakan gambaran untuk tim Piala Thomas dua tahun mendatang.
"Saya hanya meminta para pemain fokus supaya bermain lebih baik. Poin demi poin bisa didiskusikan selama 11 poin pertama," ujar Hendri pada Sabtu sore.
Menurut Hendri, faktor mental memegang peranan penting pada pertandingan nanti. Terbukti, para pemain top pun tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik pada pertandingan semifinal.
"Ranking satu saja bisa goyang. Itu terjadi pada ganda Korea Selatan ketika melawan kita. Anda bisa lihat sendiri bagaimana permainaan Lee Yong-dae dan Yoo Yeon-seong saat melawan Ahsan/Hendra, begitu juga Kim Gi-jung/Kim Sa-rang," ungkap Hendri, yang mengaku cukup puas dengan performa para pemain muda Indonesia dalam perjalanan mulai dari penyisihan grup hingga menjejakkan kaki di final.
"Dari segi mental para pemain muda sudah oke, terlepas dari menang atau kalah, meskipun dari segi teknik masih perlu peningkatan," ungkapnya.
Memang, pasukan Piala Thomas Indonesia, khususnya pada sektor tunggal, didominasi pemain berusia di bawah 21 tahun. Selain Tommy Suharto yang merupakan ujung tombak, ada Jonatan Christie (19 tahun), Anthony Ginting (19 tahun) dan Ihsan Maulana Mustofa (20 tahun).
Pada pertandingan semifinal, tiga pemain muda itu masuk line-up, tetapi hanya Jonathan dan Ginting yang bermain. Ihsan, yang seharusnya bermain pada partai kelima, tidak memiliki kesempatan beraksi di atas lapangan karena Indonesia telah mengunci kemenangan pada partai keempat. Tommy terpaksa diistirahatkan karena mengalami masalah pada hamstring.
"Saya belum bisa memberitahu siapa yang akan bermain. Kita lihat saja," ujar Hendri soal pemain tunggal yang akan diturunkan pada final nanti.