Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Musim 2015-2016 belum bergulir, Real Madrid langsung dihujani kritik dari suporter sendiri. Pelatih jadi persoalan.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Petinggi El Real memecat Carlo Ancelotti, sosok yang mempersembahkan gelar Liga Champion ke-10 pada 2013-2014, hanya karena gagal memberi trofi apa pun pada akhir 2014-2015.
Suporter protes. Mereka kian berang lantaran pengganti Don Carletto ialah Rafael Benitez. Pasalnya, gaya kepelatihan defensif ala Benitez tidak mencerminkan Madrid.
110 - Jumlah gol yang disarangkan Real Madrid sepanjang La Liga 2015-2016, terbanyak setelah FC Barcelona (112 gol).
Seiring musim bergulir, Madrid arahan Benitez nyatanya menjadi tim terproduktif dengan torehan 47 gol sampai pekan ke-18, lebih banyak tujuh gol dari Barcelona.
Namun, permainan mereka cenderung membosankan. Taktik 4-2-3-1 bikin aliran bola lebih sering berputar di lini tengah.
Sulit bagi Madrid melancarkan tusukan-tusukan langsung ke pertahanan lawan seperti yang mereka peragakan di era Ancelotti.
Bukan hanya fans, Benitez juga gagal merebut hati anak asuhnya. Gosip-gosip mencuat bahwa eks bos Liverpool itu tidak sejalan dengan bintang macam Cristiano Ronaldo, kapten Sergio Ramos, dan Karim Benzema.
Baca Juga:
Hasil imbang 2-2 versus Valencia (3/1/2016) menjadi akhir Benitez di Madrid kendati tim itu berada di urutan ketiga dan cuma tertinggal empat angka dari pemuncak klasemen, Atletico.
Zinedine Zidane ditunjuk mengasuh tim. Perubahan nyata terlihat dengan Madrid kembali sebagai tim atraktif menyerang.
Skema 4-3-3 menghidupkan kembali trisula lini depan BBC, Benzema, Gareth Bale, dan Cristiano Ronaldo.
Zidane seolah-olah menjadi langit cerah di Madrid usai mendung berbulan-bulan. Berkat sosok asal Prancis itu, Madrid memaksa juara liga musim ini, Barcelona, berperang gelar hingga jornada terakhir.
Andai Zidane hadir lebih cepat, mungkin saja titel La Liga 2015-2016 bukan milik Barcelona.
[video]https://video.kompas.com/e/4894938472001_ackom_pballball[/video]