Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Liverpool FC membuat sebuah keputusan terlambat. Juergen Klopp didatangkan ketika musim telah bergulir buat menggantikan Brendan Rodgers.
Penulis: Anggun Pratama
Awal 2015-2016 diwarnai pesimisme dari para penggemar Liverpool. Hal itu berkaitan dengan status Brendan Rodgers. Bukan tak berterima kasih, fan menilai efek magi Rodgers sudah habis buat Liverpool.
Hal ini terkait dengan torehan yang didapat Liverpool pada musim lalu. Setelah secara spektakuler nyaris juara pada 2013-2014, di musim 2014-2015 Si Merah cuma finis di peringkat enam.
Laga akhir musim juga berujung bencana karena Liverpool kalah 1-6 dari Stoke.
Belanja di awal musim masih tak sanggup mengangkat semangat penggemar. James Milner, Christian Benteke, Nathaniel Clyne sampai Danny Ings dinilai bukan jawaban tim bila ingin kembali ke papan atas.
Hanya pembelian Roberto Firmino yang tampak sesuai dengan gaya bermain Liverpool. Benar saja. Performa Liverpool seperti tak beranjak dari musim lalu hingga akhirnya Rodgers dipecat pada Oktober 2015.
Penggantinya adalah Juergen Klopp. Efek positif sempat terlihat, tetapi Liverpool terlalu inkonsisten.
Masalah inkonsistensi tersebut masih terlihat hingga akhir musim ini yang membuat tim finis di peringkat delapan, turun dua titik dari musim lalu.
Namun, berbeda dengan mood di akhir musim 2014-2015, kini aura optimisme terpancar dari dalam tim. Sejak Klopp datang, ia mengubah mentalitas tim dari peragu menjadi tim yang punya keyakinan.
Di era Klopp, Si Merah mentas di dua final: Piala Liga dan Liga Europa.
[video]https://video.kompas.com/e/4894952090001_ackom_pballball[/video]
MOMEN TERBAIK
Kemenangan meyakinkan 4-1 atas Manchester City pada 21 November 2015 di Stadion Etihad merupakan sinyal apa yang bisa dilakukan oleh Liverpool di era Klopp. Philippe Coutinho sulit dihentikan di laga itu.
MOMEN TERBURUK
Kekalahan 0-1 dari Manchester United di Anfield (17/1/2016) memastikan Liverpool kalah kandang-tandang dari United.
Duel di Anfield ini terasa menyesakkan karena Liverpool tampil dominan dan gagal memaksimalkan peluang.
BINTANG
Philippe Coutinho mulai menunjukkan kematangan walau belum konsisten. Di usia yang masih 23 tahun, dia masih bisa berkembang lebih lanjut. Musim ini ia membuat delapan gol dan lima assist di EPL.
FLOP
Lagi-lagi Liverpool gagal mengembangkan penyerang bongsor. Setelah Andy Carroll dan Mario Balotelli, pemain gagal terbaru adalah Christian Benteke.
Dibeli dengan harga 32,5 juta pound, Benteke cuma mentas 14 kali sebagai starter. Total golnya lumayan, sembilan, tetapi kontribusi umumnya sepanjang musim terhitung minim.
REVELATION
Di era Rodger, Emre Can tak punya posisi baku: bek tengah, bek kanan, gelandang tengah.
Saat Klopp datang, Can merupakan pilihan utama sebagai gelandang sentral. Penghargaan sebagai pemain muda terbaik Liverpool musim ini cukup jadi bukti.