Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

5 Alasan Tottenham Gagal Juara Premier League

By Sabtu, 14 Mei 2016 | 13:20 WIB
Harry Kane dan rekan setim merayakan gol keduanya dalam laga Premier League antara Tottenham Hotspur kontra Norwich City di White Hart Lane, 26 Desember 2015. ( ALEX BROADWAY/GETTY IMAGES)

Kehilangan motivasi bukanlah satu-satunya faktor kekalahan Tottenham Hotspur pada saat melawan Southampton, Minggu (8/5/2016). Masalah mental, maupun konsistensi pemain dalam pertandingan bisa saja menjadi alasannya.

Penulis : Dedi Rinaldi

Sempat menjadi kandidat kuat juara Premier League musim ini bersama Leicester City, Tottenham terpeleset pada pekan-pekan krusial.

Kekalahan terbaru dari Southampton menggambarkan materi skuat Spurs belum cukup menghasilkan gelar juara. Berikut 5 alasan kegagalan Tottenham merajai Premier League.

1. Pengalaman manajer


Manajer Mauricio Pochettino bersama presiden Tottenham Hotspur, Daniel Levy, saat momen penandatanganan perpanjangan kontrak pelatih berusia 44 tahun itu di kawasan Stadion White Hart Lane, Kamis (12/5/2016) waktu setempat.(Dok. Tottenham Hotspur)

Faktor pengalaman manajer menjadi penting karena kompetisi tidak hanya bermodalkan materi yang bagus, tapi juga kecanggihan dalam mengelola beban.

Pochettino terbilang pelatih muda dalam usia maupun pengalaman, dengan fakta baru tercatat melatih dua klub papan tengah sebelum Tottenham, yakni Espanyol dan Southampton.

2. Materi pemain


Penyerang Tottenham Hotspur, Harry Kane, memberikan apresiasi kepada pendukung usai melakoni laga melawan Bournemouth di White Hart Lane, London, 20 Maret 2016.(MIKE HEWITT/GETTY IMAGES)

Dari banyak pemain potensial yang ada di Tottenham, tidak ada sosok yang bisa menggantikan Harry Kane, Christian Eriksen, atau Dele Alli.

Jika salah satu dari ketiganya absen, Spurs mengalami kesulitan.

[video]https://video.kompas.com/e/4884403094001_ackom_pballball[/video]

3. Fleksibilitas


Manajer Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino (kiri), bersama striker Harry Kane pada pertandingan leg pertama babak 32 besar Liga Europa 2014-2015 menghadapi Fiorentina di White Hart Lane, London, Inggris, pada 19 Februari 2015.(CLIVE ROSE/GETTY IMAGES)

Taktik Pochettino cakap dalam menciptakan pemain muda, namun belum canggih dalam strategi.

Pochettino kerap tidak punya rencana cadangan jika strateginya buntu di lapangan.

[video]https://video.kompas.com/e/4889306392001_ackom_pballball[/video]

4. Mesin gol


Penyerang Tottenham Hotspur, Harry Kane (paling kanan), merayakan gol ke gawang Stoke City bersama rekan-rekannya, dalam lanjutan Premier League di Stadion Britannia, Senin (18/4/2016) waktu setempat.(OLI SCARFF/AFP)

Porsi mesin gol praktis hanya dimiliki oleh Kane untuk menjebol gawang lawan. Bagi lawan, hal tersebut menjadi lebih mudah.

Dengan mematikan Kane maka kekuatan Spurs akan tumpul. Beruntung barisan gelandang Spurs cukup produktif.

5. Kepercayaan diri


Dele Alli (kiri) dan Son Heung-min memperlihatkan keputusasaan mereka saat laga Liga Europa antara Tottenham Hotspurs dan Borussia Dortmund di White Hart Lane tanggal 17 Maret 2016, di London, Inggris. (LAURENCE GRIFFITS/GETTY IMAGES)

Inilah masalah terbesar bagi Tottenham. Tim dalam hal materi mumpuni, tetapi tidak diiringi oleh kekuatan dan cara berpikir seperti tim besar.

[video]https://video.kompas.com/e/4889249260001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P