Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kata "keajaiban" masih dirasa kurang pas untuk menggambarkan kesuksesan Leicester City merengkuh gelar Premier League 2015-2016. Kiprah brilian The Foxes musim ini lebih cocok disebut dongeng.
Penulis : Sem Bagaskara
Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan Manajer Claudio Ranieri tak terbantahkan lagi merupakan tokoh-tokoh sentral dalam dongeng Cinderella ala Leicester.
Akan tetapi, kisah indah The Foxes tak mungkin tersaji tanpa campur tangan para "figuran" semodel Steve Walsh dan Craig Shakespeare. Walsh mengemban jabatan asisten manajer. Sejak 2011, ia menjadi otak lalu lintas transfer Leicester.
Para pilar tim juara Leicester musim ini macam Vardy, Mahrez, dan N'Golo Kante adalah bukti bahwa Walsh memiliki mata elang dalam memantau pemain bertalenta. Leicester mantap merekrut mereka bertiga usai mendapatkan rekomendasi dari Walsh.
Baca Juga:
Shakespeare? Ia punya peran kunci di ruang ganti. Pria berusia 52 tahun itu memastikan peralihan rezim dari Nigel Pearson ke Ranieri bisa berjalan mulus.
Ketika Pearson duduk di kursi Manajer Leicester musim lalu, Shakespeare juga bertugas sebagai asisten. Sang asisten menjaga semangat juang Leicester racikan Pearson, yang memenangi tujuh dari sembilan partai terakhir Premier League 2014/15, terus menyala meski kendali tim pada musim ini dipegang Ranieri.
Perpanjangan tiga tahun masa kerja adalah apresiasi nyata Leicester bagi Walsh dan Shakespeare. Kontrak kedua asisten manajer tersebut sedianya akan habis pada 2017.
Pembaruan kontrak Walsh dan Shakespeare dikonfirmasi langsung oleh vice-chairman The Foxes, Aiyawatt Srivaddhanaprabha.