Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Perayaan para pemain Leicester tidak cuma terjadi setelah partai kontra Everton di Stadion King Power, Sabtu (7/5/2016). Mereka turut berpesta sampanye di ruang jumpa pers dan Manajer Claudio Ranieri menjadi "korban".
Laga tersebut dimenangi Leicester dengan skor 3-1 berkat dua gol Jamie Vardy dan satu dari Andy King. Setelah pertandingan, mereka berhak mengangkat trofi Premier League sepanjang sejarah klub.
Perayaan berlanjut di ruang jumpa pers. Saat sedang berbicara ke awak media, penjaga gawang Kasper Schmeichel meletakkan trofi di meja. Lalu, Christian Fuchs mengguyur sang arsitek dengan sebotol sampanye.
Ranieri tidak lantas merasa geram. Pria berusia 64 tahun ini justru berkelakar bahwa dirinya terlalu tua untuk berpesta.
"Saya merupakan sosok yang tenang, bahkan ketika masih muda. Tidak lebih dari sepuluh kali saya pergi ke diskotek," ucap Ranieri.
"Bisa membayangkan saya pergi ke diskotek saat ini? Ada sedikit pesta dengan chairman di lantai atas, tetapi saya pergi ke rumah untuk tidur," tutur dia.
Gelar juara liga ini menjadi kali pertama dalam karier Ranieri. Sebelumnya, dia hanya pernah membawa Chelsea, AS Roma, dan AS Monaco sebagai runner-up di liga domestik.
Bagi Leicester, trofi Premier League juga tidak terduga. Pada awal musim, mereka malah diprediksi bersaing lolos dari jeratan degradasi.
Ranieri pun enggan berspekulasi apakah kejutan klub berjulukan The Foxes itu bisa berlanjut pada musim berikutnya.
"Musim ini sungguh memesona, tetapi saya tidak mengetahui bagaimana tahun depan. Setelah partai terakhir, saya ingin pergi ke laut dan mengisi tenaga. Lalu, kami akan memulai lagi," kata Ranieri.
[video]https://video.kompas.com/e/4878329731001_ackom_pballball[/video]