Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kemenangan 2-0 atas Real Betis, akhir pekan kemarin semakin mendekatkan FC Barcelona ke tangga juara Primera Division La Liga 2015-16. Namun, ada catatan khusus perihal produktivitas Lionel Messi dkk.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
“Kami tinggal berjarak dua kemenangan lagi,” begitu kata Ivan Rakitic, pencetak gol pembuka Barca di Benito Villamarin, saat diwawancarai Marca usai pertandingan melawan Betis.
Tambahan tiga angka di pekan ke-36 La Liga itu memastikan jarak poin Barca dengan Atletico Madrid tak berubah.
Keduanya masih sama-sama tertahan di angka 85, sedangkan Real Madrid terpaut satu angka dan berada di peringkat ketiga klasemen sementara.
Secara matematis, ketiganya memang masih sangat mungkin merebut status el campeon.
Namun, dengan keunggulan head to head, sesuai aturan La Liga untuk menentukan tim yang bertotal nilai sama, Barca akan dinobatkan sebagai juara apabila di garis finis nanti punya nilai identik dengan Atletico maupun Madrid.
Karena itu, wajar apabila dengan sisa dua pekan menuju tutup musim, Rakitic menyatakan bahwa sepasang kemenangan cukup untuk mengantar Blaugrana bertakhta.
Ya, tak akan ada teori apa pun yang bisa mencegah Barca merebut gelar ke-24, selama mereka memenangi dua jadwal ke depan.
“Saya tak pernah mengatakan bahwa kami sudah menjuarai liga. Kami masih harus melakukan pekerjaan rumah, yakni memenangi dua laga tersisa. Tim ini harus menitikkan fokus pada sepak bola kami sendiri dan menyikapi kedua pertandingan seperti melawan Betis,” ujar Luis Enrique di situs resmi klub.
Jika titik berat Enrique pada laga melawan Betis adalah kemenangan yang disertai clean sheet, pernyataan sang pelatih terbilang valid.
Apalagi, inilah pekan ketiga secara beruntun di mana gawang Caudio Bravo tak mengalami kebobolan. Di samping itu, Barca juga berhasil menggelontorkan 16 gol dalam rentang ini.
Artinya, selain kembali menajam setelah mengalami tiga kekalahan berturut-turut dari Madrid, Real Sociedad, dan Valencia, kinerja Gerard Pique dkk. di barisan pertahanan juga layak mendapatkan kredit ekstra.
“Sepanjang pekan, kami memang menaruh perhatian lebih pada sisi defensif tim,” ucap Enrique.
Ketika pertahanan terus mencetak clean sheet, secara otomatis fokus personel lini tengah dan depan bisa dialihkan ke sektor ofensif.
Indikatornya sangat jelas. Argo gol dan assist Lionel Messi terus bertambah. Begitu pula dengan sumbangsih gol Luis Suarez, yang mencetak sembilan gol di tiga partai ini.
Gol Suarez, yang menutup kemenangan atas Betis itu, juga memastikan trio MSN mencetak total 123 gol di seluruh kompetisi musim ini.
Jumlah ini merupakan ukiran rekor baru, setelah 122 gol yang dikombinasikan ketiganya sepanjang musim treble 2014-15.
Kendati demikian, di balik ketajaman fantastis pasukan Camp Nou, terutama di tiga partai terakhir, muncul sedikit kekhawatiran.
Maklum, 13 dari 16 gol ke gawang Deportivo La Coruna, Sporting Gijon, dan Betis ini baru datang setelah laga memasuki 45 menit kedua. Artinya, Barca cuma mampu mencetak tiga gol sebelum jeda.
Jika dijabarkan, di laga kontra Deportivo, Barca mencetak dua gol dan melepas enam tembakan di babak pertama, kemudian menambah enam gol dan melepas 11 tembakan.
Di partai versus Gijon, babak pertama berakhir dengan satu gol dan enam tembakan, sedangkan lima gol dan 15 tembakan berhasil dibuat seusai istirahat.
Saat bersua Betis, Barca berstatus nirgol dan hanya melepaskan dua tembakan di babak pertama. Sembilan tembakan di babak kedua akhirnya berujung dengan torehan dua gol.
“Kalian bermain tanpa intensitas, tanpa kecepatan, tanpa apa-apa. Kalian harus segera bangun jika memang ingin menjuarai La Liga. Terserah kalian semua, apakah ingin juara atau ingin membuang peluang ini,” demikian teriakan Enrique di ruang ganti Stadioin Benito Vilamarin, milik Betis.
Barca cukup diuntungkan karena lawan di dua laga ke depan "hanya" Espanyol dan Granada, tim yang secara kualitas berada beberapa level di bawah mereka.
Lawan semodel ini tak punya cukup kualitas untuk meladeni amuk MSN di babak kedua, layaknya tim mapan macam Atletico, Madrid, atau Villarreal.
Selain “diuntungkan” lawan yang lebih inferior ketimbang rival yang masih harus ditemui Atletico dan Madrid, Messi dkk. juga disokong faktor historis.
Sejak pergantian milenium ketiga alias 16 musim ke belakang, tim yang memimpin klasemen di saat musim tinggal menyisakan dua pekan kompetisi sukses muncul sebagai juara.