Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sudah ada enam sosok hebat yang berhasil memenangi Liga Champions sebagai pemain dan pelatih. Apakah Zinedine Zidane bisa menjadi juru taktik ketujuh?
Zidane baru saja mengantarkan Real Madrid ke partai puncak Liga Champions usai mengalahkan Manchester City 1-0 dalam laga leg kedua semifinal di Stadion Santiago Bernabeu, Rabu (4/5/2016).
Mantan kapten tim nasional Prancis itu menyejajarkan dirinya dengan Diego Simeone (Atletico Madrid - 2014) dan Luis Enrique (FC Barcelona - 2015) sebagai pelatih yang mampu mencapai babak final Liga Champions dalam karier kepelatihan perdananya di ajang tersebut.
Kini, Zidane juga memiliki kesempatan untuk menyamai rekor prestisius untuk menjadi pemain sekaligus pelatih yang mampu menggenggam trofi Si Kuping Besar.
Sebelumnya, pria berusia 43 tahun itu pernah mengangkat piala Liga Champions kala memperkuat Real Madrid pada 2002.
Berikut ini enam peracik strategi top yang pencapaiannya sedang diburu Zidane.
6. Miguel Munoz
Munoz merupakan legenda Real Madrid di lini tengah.
Selama berkostum Los Blancos (1948-1958), dia meraih 9 titel bergengsi, termasuk tiga gelar Liga Champions secara berturut-turut (1956, 1957, 1958).
Hebatnya, kala menukangi Real Madrid, Munoz juga sukses menyabet trofi Liga Champions pada 1960 dan 1966.
Pada level tim nasional, dia pernah membawa Spanyol menjadi finalis Euro 1984.
5. Giovanni Trapattoni
Trapattoni dinobatkan sebagai Italian Football Hall of Fame pada 2012. Catatan tersebut sudah membuktikan bahwa dia merupakan salah satu legenda Negeri Pizza.
Berposisi sebagai gelandang bertahan, pria kelahiran 17 Maret 1939 ini pernah meraih dua titel Liga Champions bersama AC Milan (1963, 1969).
Berpindah jabatan ke pelatih, tangan dingin Trapattoni begitu dikenang penggemar Juventus.
Dia dengan gemilang mengantarkan Si Nyonya Tua merasakan gelar Liga Champions pada 1985.
Trofi tersebut menghiasi 13 titel lainnya yang dia rengkuh dengan Juventus.
4. Johan Cruyff
Kelahiran Cruyff di Amsterdam, Belanda, pada 25 April 1947, menjadi awal fenomena gelimang prestasi dia di kancah sepak bola.
Bertarung sebagai seorang striker, Cruyff sanggup memberikan tiga gelar Liga Champions beruntun (1971, 1972, 1973) untuk Ajax Amsterdam.
Pemilik tiga gelar Ballon d'Or ini juga mengemas titel serupa ketika menangani Barcelona (1992).
Cruyff pun dinilai sebagai aktor di balik keberadaan akademi muda Barca, La Masia, serta terciptanya permainan tiki taka yang dimatangkan Josep Guardiola pada 2009.
3. Carlo Ancelotti
Ancelotti merupakan pemain yang berkontribusi dari lini tengah. Dia mampu menjadi bintang dalam dua klub Serie A, yakni AS Roma dan AC Milan.
Berseragam Roma, Ancelotti mampu merebut 5 gelar, sementara berkostum Milan, dia mengoleksi 9 titel, termasuk dua trofi Liga Champions (1989, 1990).
Magis pria yang akrab disapa Carletto ini berlanjut ketika menjabat sebagai pelatih.
Dia sukses menyabet dua gelar Liga Champions bersama Milan (2003, 2007) dan Real Madrid (2014).
Tak heran jika Ancelotti dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik Dunia pada 2007 dan 2014 oleh IFFHS (International Federation of Football History & Statistics).
2. Frank Rijkaard
Sama seperti Cruyff, Rijkaard lahir di Amsterdam, Belanda.
Tak mau kalah dengan kompatriotnya, dia juga mempersembahkan trofi Liga Champions untuk Ajax (1995).
Bahkan, pria yang bisa menempati posisi gelandang bertahan dan bek tengah ini sebelumnya sudah memberikan Si Kuping Besar untuk AC Milan (1989, 1990).
Beralih ke level pelatih, Rijkaard, mengantarkan Barcelona menjadi jawara Liga Champions pada 2006.
Majalah kenamaan Spanyol, Don Balon, mengakui kehebatan Rijkaard dengan menganugerahkan titel Pelatih Terbaik sebanyak dua kali (2005, 2006).
1. Josep "Pep" Guardiola
Menyapu bersih enam gelar dalam setahun, termasuk trofi Liga Champions, saat membesut FC Barcelona di musim pertamanya (2009), membuat nama Pep disebut-sebut sebagai sosok yang genius.
Tak puas dengan pencapaian tersebut, Pelatih Terbaik Dunia 2011 versi FIFA ini, kembali mempersembahkan Si Kuping Besar untuk publik Catalan pada 2011.
Raihan tersebut menyempurnakan prestasi Pep semasa aktif bermain sebagai gelandang bertahan Barcelona (1990-2001).
Satu dari 16 gelar yang Pep borong kala memperkuat Barcelona merupakan gelar Liga Champions (1992).