Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Neymar Mandek, Akumulasi Kelelahan Fisik dan Mental

By Sabtu, 30 April 2016 | 11:01 WIB
Reaksi penyerang Barcelona, Neymar, saat melakoni laga perempat final Liga Champions antara Atletico Madrid dan Barcelona di Vicente Calderon tanggal 13 April 2016. ( GONZALO ARROYO MORENO/GETTY IMAGES.)

Neymar Jr. kini tengah menjadi sorotan pemberitaan. Sepasang gol dalam dua laga terkini Barcelona rasanya bukan sebuah patokan yang dapat membuktikan bahwa striker berkebangsaan Brasil itu sudah melewati masa krisis.

Penulis: Indra Citra Sena

Siapa pun orang yang menyaksikan performa Neymar akhir-akhir ini tentu mengetahui ada sesuatu yang tidak beres dengannya.

Dia jarang terlihat memamerkan kemampuan olah bola kelas wahid seperti biasa.

Insting gol Neymar pun bisa dibilang berkurang signifikan.

Pemain berusia 24 tahun itu bahkan sempat mengalami paceklik selama 579 menit dalam lima pertandingan sebelum membobol gawang Deportivo La Coruna pada 20 April.

Catatan tersebut merupakan periode puasa gol terpanjang Neymar musim ini.

Namanya absen dari papan skor pertandingan versus Real Madrid (2 April), Atletico Madrid (Liga Champions; 5 April), Real Sociedad (9 April), Atletico (Liga Champions; 13 April), dan Valencia (17 April).

Pada laga terbaru, Neymar memang ikut serta bikin satu gol dalam pesta gol Barca ke gawang Sporting Gijon, Sabtu (23/4).

Akan tetapi, torehannya berasal dari eksekusi penalti, bukan permainan terbuka sebagaimana yang sering ia lakukan selama ini.

Setidaknya Neymar memiliki dua peluang emas untuk mencetak gol lewat peluang biasa, tapi tembakan sang pemain terlalu lembek sehingga bisa digagalkan dengan mudah oleh kiper Gijon, Ivan Cuellar.

Tampilan tersebut sama sekali tak mencerminkan rekam jejaknya sebagai pencetak gol terbanyak kedua Barcelona musim lalu serta peraih tempat ketiga FIFA Ballon d’Or 2015 di bawah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.


Reaksi penyerang FC Barcelona, Neymar Santos Jr dalam pertandingan La Liga melawan Sporting Gijon di Camp Nou 23 April 2016. (ALEX CAPARROS/GETTY IMAGES )

Lantas, apa yang salah dengan Neymar?

Mengapa ia bisa sampai kehilangan bentuk permainan terbaiknya? Situasi ini barangkali berkaitan erat dengan ketahanan fisik dan mental usai melewati rintangan demi rintangan.

Bila diperhatikan secara seksama, Neymar mengalami dekadensi setelah pergantian tahun.

Kontribusi berupa gol dan assist anjlok perlahan dari Januari (5 gol, 2 assist), Februari (2 gol, 3 assist), Maret (4 gol, 1 assist), hingga April (2 gol, 0 assist).

Pada paruh pertama 2015/16, rasio kontribusi terhadap gol per laga Neymar mencapai 1,37, yang berarti ia membuat satu gol atau assist setiap 65 menit.

Memasuki 2016, perolehannya menurun ke angka 0,76 per laga (satu gol atau assist setiap 118 menit).

Statistik tersebut menandakan bahwa alarm di tubuh Neymar mulai berdering usai melahap 4.043 menit bersama Barca di semua ajang.

Dia adalah pemain Barca paling lelah kedua setelah Luis Suarez (4.470).

Kendati begitu, stamina Neymar jelas jauh lebih terkuras daripada Suarez jika menghitung partisipasi bersama tim nasional.

Dia selalu ikut serta dalam turnamen besar selama lima tahun terakhir, yaitu Copa America 2011, Olimpiade 2012, Piala Konfederasi 2013, Piala Dunia 2014, dan Copa America 2015.


Striker Brasil, Neymar Junior (atas), berebut bola dengan pemain Peru, Carlos Zambrano, dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 di Arena Fonte Nova, Salvador, Brasil, pada 17 November 2015.(BUDA MENDES/GETTY IMAGES)

Tak cuma fisik, mental Neymar juga kelelahan akibat berurusan dengan berbagai permasalahan di luar lapangan, mulai dari kasus penggelapan pajak, dakwaan transfer ilegal, sorotan gosip soal hobi berganti pasangan, sampai nilai kontrak gaji yang bocor ke publik.

Kemunduran Neymar mengapungkan isu bahwa ia bakal bernasib serupa dengan Zlatan Ibrahimovic, yang dulu terpaksa diasingkan dari susunan starter Barcelona menjelang pengujung 2009/10.


Ekspresi Zlatan Ibrahimovic dalam laga pramusim Joan Gamper Trophy antara Barcelona kontra AC Milan di Camp Nou, 25 Agustus 2010.(DENIS DOYLE/GETTY IMAGES)

 

Kebetulan, tingkat keseruan liga edisi itu dengan musim ini pun mirip.

Pada 2009/10, Barcelona (90) hanya unggul satu poin di atas Madrid (89) pada pekan ke-35, sedangkan musim ini lebih ketat lagi. Perolehan poin mereka sama dengan Atletico (82) dan berjarak satu dari Madrid (81).

Pelatih Barcelona saat itu, Pep Guardiola, memutuskan mencadangkan Ibra dan memilih Bojan Krkic sebagai striker di empat laga pamungkas.

Hasilnya, gelar juara liga berhasil digenggam dan Bojan turut menyumbangkan tiga gol.

Namun, peluang Neymar mengulangi kisah Ibra terbilang tipis mengingat Luis Enrique tak punya stok pemain berkualitas yang sanggup menggantikan dirinya di lini depan Barcelona.

Munir El Haddadi atau Sandro Ramirez belum selevel Neymar.

"Neymar adalah pesepak bola top. Belakangan kontribusinya memang berkurang, tapi dia memperlihatkan karakter sejati saat mengambil penalti dan menekan lawan dalam pertandingan kontra Gijon," kata Enrique seperti dikutip dari situs klub.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P