Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Konsistensi Jadi Kunci Kemenangan Tontowi/Liliyana

By Diya Farida Purnawangsuni - Kamis, 28 April 2016 | 15:47 WIB
Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, bersalaman setelah mengalahkan wakil China, Xu Chen/Ma Jin, pada babak kedua Kejuaraan Asia, Kamis (28/4/2016). (BADMINTON INDONESIA)

Pasangan ganda campuran nasional, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, berhasil mengalahkan wakil China, Xu Chen/Ma Jin, 21-12, 21-16 pada laga babak kedua Kejuaraan Asia, Kamis (28/4/2016).

Selain menghasilkan tiket perempat final, kemenangan Tontowi/Liliyana tersebut juga meneruskan tren positif mereka ketika menghadapi Xu/Ma pada Kejuaraan Asia.

Tahun lalu, pasangan ganda campuran berperingkat kedua dunia itu juga sukses membungkam Xu/Ma pada babak semifinal dengan skor 21-12, 21-15.

"Kami bermain konsisten. Dari awal, kami mencoba bermain sabar. Kami tidak terburu-buru. Tapi, pada pertengahan gim kedua, kami agak kendur. Itu yang harus kami antisipasi, besok-besok tidak boleh kejadian seperti ini lagi," papar Tontowi yang dilansir badmintonindonesia.org.

Setelah mengatasi salah satu musuh bebuyutan, Xu/Ma, Tontowi/Liliyana dijadwalkan bertanding melawan wakil Korea Selatan, Choi Sol-gyu/Eom Hye-won.

Tak seperti laga kontra Xu/Ma yang tercatat menjadi edisi ke-19, laga babak perempat final esok akan menjadi duel perdana bagi kedua pasangan.

Di atas kertas, Tontowi/Liliyana lebih diunggulkan memenangi pertandingan ketimbang Choi/Eom, yang saat ini menempati peringkat ke-13 dunia.

Namun, pasangan yang biasa disapa Owi dan Butet itu mengaku akan tetap mewaspadai permainan Choi/Eom.

"Pemain-pemain Korea terkenal ulet dan pantang menyerah. Jadi, dari awal pertandingan kami harus lebih siap dari mereka, dan harus siap capek," tutur Liliyana.

Tontowi/Liliyana menjadi satu-satunya wakil nomor ganda campuran yang tersisa pada Kejuaraan Asia tahun ini.

Tiga pasangan junior mereka, Praveen Jordan/Debby Susanto, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti, tumbang di tangan pemain-pemain Negeri Ginseng.