Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Geoffrey Kondogbia didatangkan dari AS Monaco dengan biaya 40 juta euro (596,11 miliar rupiah). Angka itu jelas sangat besar buat pemain yang saat direkrut masih berusia 23 tahun.
Penulis : Anggun Pratama
Biaya transfer besar itu sepertinya agak membebani sang pemain melihat performanya tak kunjung oke hampir di dua pertiga musim. Cap sebagai transfer flop alias pembelian gagal sempat melekat di pundaknya.
Baru belakangan performa Kondogbia membaik. Salah satunya terlihat saat melawan Napoli pada akhir pekan kemarin. Performa solidnya di lini tengah membantu Inter menang 2-0.
"Saya tahu saya bisa tampil lebih baik. Meski begitu, bukan berarti saya pemain jelek. Proses perkembangan itu belum selesai," ujarnya dalam wawancara dengan L'equipe.
Kondogbia mengaku proses adaptasi dengan klub baru, terutama dengan gaya sepak bola Italia, tak mudah.
"Saya harus jujur, kualitas sepak bola Italia benar-benar membuat saya syok. Level di sini sangat tinggi dengan terdapat sejumlah tim kuat. Kualitas Serie A saat ini jelas jauh lebih tinggi dari Ligue 1," ujarnya lagi.
22 - Jumlah penampilan Geoffrey Kondogbia di Serie A musim ini. Ia mencetak satu gol.
"Di Italia, mereka sangat benci dengan kekalahan. Anda bisa merasakan kemarahan di mana pun saat Anda kalah," ucap pemain yang juga pernah memperkuat Sevilla itu.
Selama di Inter, Kondogbia mencoba belajar sebanyak mungkin, mulai dari pelatih Roberto Mancini, Wakil Presiden Javier Zanetti, sampai manajer tim utama, Dejan Stankovic.
Proses belajar itu tak mudah terlebih ia mengaku ada kultur yang terlihat dari pemain Prancis yang "sedikit malas". Jebolan akademi Lens itu pun sadar harus mengubah diri.