Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Masih Percaya Wenger, Arsenal Dinilai Konservatif

By Lariza Oky Adisty - Jumat, 22 April 2016 | 05:29 WIB
Manajer Stoke City, Tony Pulis, dan manajer Arsenal, Arsene Wenger, dalam pertandingan Premier League 2012-2013 di Britannia Stadium, Stoke-on-Trent, Inggris, pada 26 Agustus 2012. (DAVID ROGERS/GETTY IMAGES)

 Mantan penyerang Arsenal, Andrey Arshavin menganggap Arsenal sulit merebut gelar karena terlalu konservatif. Keputusan terus mempertahankan pelatih Arsene Wenger menjadi buktinya. 

Menurut Arshavin, Arsenal terlalu lama bergantung kepada sosok Wenger. Akibatnya, tidak banyak perubahan terjadi di klub asal London Utara tersebut. Arshavin pun menyebut mantan klubnya tersebut konservatif.

"Arsenal klub yang konservatif. Selama beberapa tahun terakhir mereka membeli pemain sekelas Mesut Oezil dan Alexis Sanchez, serta Petr Cech. Selain itu tidak banyak perubahan," kata Arshavin.

Arshavin menambahkan, sikap konservatif itu kemungkinan yang menjadi penyebab Arsenal sulit meraih gelar.

"Arsene Wenger sudah bertahun-tahun melatih di Arsenal. Seluruh klub bergantung kepada ide-ide dan perspektif Wenger. Mungkin itu sebabnya Arsenal kerap kesulitan," ujar penyerang Rusia tersebut. 

Arshavin yang memperkuat Arsenal dari 2009 hingga 2013 tersebut menyayangkan mantan klubnya tersebut yang gagal memanfaatkan momentum untuk merebut trofi Premier League.


Ekspresi manajer Arsenal, Arsene Wenger, dalam pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2015-2016 menghadapi FC Barcelona di Camp Nou, Barcelona, Spanyol, pada 16 Maret 2016.(RICHARD HEATHCOTE/GETTY IMAGES)

Terakhir kali mereka raih pada musim 2003-2004.

"Mereka punya kesempatan juara, apalagi semua rival utama mereka seperti Chelsea, Man United, bahkan Man City tidak cemerlang. Namun, Anda lihat sendiri, tidak ada yang bisa menyaingi Leicester," kata Arshavin.