Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tottenham Hotspur masih tertinggal 5 poin dari pemimpin klasemen, Leicester City. Meski begitu, kubu Spurs layak optimistis dapat mengatasi defisit angka dalam 4 pekan tersisa.
Berikut 5 alasan yang mendukung keyakinan Tottenham untuk menjuarai Premier League musim ini.
1. Faktor kecemerlangan Harry Kane-Dele Alli
Kecemerlangan Tottenham musim ini dipengaruhi oleh kontribusi vital Harry Kane (22) dan Dele Alli (20). Dua pemuda Inggris itu menjadi duet penyumbang gol terbanyak Spurs di liga.
Kane memuncaki daftar raja gol sementara EPL dengan 24 gol, sedangkan Alli punya 10 gol. Kombinasi gabungan 34 gol Kane-Alli melebihi separuh dari produktivitas total tim mereka sampai pekan ke-34 (64 gol).
Khusus untuk Kane, koleksi 24 gol miliknya saat ini sudah melampaui perolehan seisi tim Aston Villa (23 gol)!
2. Pertahanan tangguh
Selain punya predator sekelas Kane di lini depan, berbahagialah pendukung Spurs lantaran klub mereka memiliki barisan tembok tangguh di lini belakang.
Tottenham masih berstatus tim tertajam, sekaligus paling tangguh di liga. Mereka memasukkan 64 gol dan baru kebobolan 25 kali.
Hal istimewa ialah Toby Alderweireld cs bukan hanya kokoh di belakang, tapi juga berbahaya saat ikut menyokong serangan.
Beberapa pemain defensif mereka sudah menyumbangkan gol, yakni Alderweireld (4 gol), Eric Dier (3), sampai Danny Rose, Kieran Trippier, serta Kyle Walker (1).
3. Modal statistik terbaik
Kalau statistik selisih gol dijadikan patokan, biasanya tim tertajam sekaligus tertangguh paling layak menjadi juara.
Saat ini, Tottenham juga memuncaki daftar statistik terbaik di liga soal aspek gol dari bola mati (17 kali), penciptaan peluang (449), dan tembakan tepat sasaran (234).
Dalam aspek individu, Spurs punya Christian Eriksen, sang pemasok assist terbanyak kedua di liga dengan 12 buah. Dia hanya kalah dari playmaker Arsenal, Mesut Oezil (18).
4. Dukungan jadwal lebih ringan
Laju Tottenham dalam empat pekan terakhir didukung pula oleh rangkaian jadwal yang lebih ringan daripada Leicester di atas kertas.
Pasukan Mauricio Pochettino tinggal menghadapi West Bromwich Albion (kandang), Chelsea (tandang), Southampton (kandang), dan Newcastle (tandang).
Semua rival itu di luar posisi 6 besar klasemen saat ini. Di lain pihak, Leicester masih harus meladeni Swansea (kandang), Manchester United (tandang), Everton (kandang), dan Chelsea (tandang).
5. Tekanan ada di pihak Leicester
Dari sisi psikis, Tottenham berada dalam posisi lebih nyaman sebagai pemburu Si Rubah, julukan Leicester.
Dalam dua partai terbaru, Spurs menang telak atas Man United 3-0 dan Stoke City 4-0.
Tekanan untuk mempertahankan singgasana sebagai tim yang diburu kini dialami Leicester.
Hasil imbang 2-2 Leicester dengan West Ham pada laga terkini bisa dianggap Spurs sebagai sinyal tekanan berat yang mulai dirasakan Si Rubah.
Leicester juga terancam kehilangan sang mesin gol, Jamie Vardy, dalam dua laga ke depan akibat buntut sanksi kartu merah saat bersua West Ham.
[video]https://video.kompas.com/e/4851262008001_ackom_pballball[/video]