Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Trauma Ranieri bersama Timnas

By Anju Christian Silaban - Kamis, 14 April 2016 | 22:30 WIB
Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, kedapatan menitikan air mata seusai timnya menang 2-0 atas Sunderland, Minggu (10/4/2016). (Dok. Telegraph)

Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, siap menolak apabila ditawari jabatan pelatih tim nasional Italia. Sebab, dia memiliki memori buruk di level internasional.

Ranieri menjadi salah satu kandidat untuk menggantikan Antonio Conte yang mundur setelah Piala Eropa 2016. Selain Ranieri, ada pula Fabio Capello dan Roberto Donadoni.

Tak seperti orang Italia kebanyakan, Ranieri justru tidak tergiur dengan peluang tersebut.

"Tim nasional Italia? Itu merupakan babak yang tertutup untuk saya. Bersama Yunani, saya sudah terbakar," ucap Ranieri.

Ranieri sempat mengasuh tim nasional Yunani pada 2014. Dia dicap gagal karena pasukannya menempati dasar klasemen Grup F Kualifikasi Piala Eropa 2016.

Alhasil, surat pemecatan diterima Ranieri hanya berselang empat bulan setelah penunjukan.

Setelah didepak Yunani, Ranieri menerima pinangan Leicester City. The Foxes di antarkan memuncaki klasemen Premier League hingga pekan ke-33.

Berkat kesuksesan itu, suporter Leicester kerap melantunkan chant untuk Ranieri di stadion. Namun, pria berusia 64 tahun itu tidak bisa memahami sepenuhnya.

"Saya tidak memahami bahasa Inggris dengan baik. Saya cuma mendengar ada kata 'Ranieri' dan lainnya. Semoga, mereka memuji saya," ucap dia.

Ranieri berpeluang mengakhiri puasa gelar liga dalam kariernya. Asalkan, Leicester memenangi tiga dari lima pertandingan terakhir Premier League.

[video]https://video.kompas.com/e/4839935876001_ackom_pballball[/video]