Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah melalui dua seri balapan pada GP Australia dan GP Bahrain, pebalap Formula 1 asal Indonesia, Rio Haryanto, mulai melakukan persiapan pada balapan berikutnya, yakni GP China.
Pada GP Australia, 20 Maret, Rio gagal finis karena mobilnya mengalami gangguan, sementara rekan satu timnya Pascal Wehrlein, finis di posisi ke-16.
Pada GP Bahrain, 3 April, Rio finis di urutan ke-17, sedangkan Wehrlein finis di posisi ke-13. Kesalahan dalam pemilihan ban menjadi salah satu faktor kegagalan Rio untuk finis di posisi yang lebih baik.
Hasil tersebut akan dijadikan pelajaran oleh pebalap berusia 23 tahun untuk GP China.
"Pada GP Bahrain ada kesalahan dalam memprediksi strategi ban. Dua jam sebelum balapan kami berdiskusi dengan engineer dan mereka mengatakan bahwa pilihan ban yang bagus adalah menukar dari soft ke medium," kata Rio dalam wawancara dengan media di Kota Kasablanka.
Tetapi, pemilihan ban tersebut menurut pebalap tim Manor Racing itu tidak berimbas pada kecepatan karena juara dua balapan, Nico Rosberg (Mercedes) memilih ban soft dan supersoft.
Oleh karena itu, pada GP China Rio ingin lebih fleksibel dalam memilih ban yang akan digunakan. Rio pun mengakui bahwa mobil MRT05 masih perlu pengembangan lagi.
"Kami sudah memilih mesin yang bagus karena Mercedes terbukti dua-tiga tahun ini masih mendominasi, jadi secara power juga bagus," ujar Rio.
"Hal yang membedakan adalah aerodinamis pada mobil. Oleh karena itu, pengembangan diperlukan untuk menambah performa mobil," tutur Rio.