Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Piala Eropa 1980 tercatat sebagai turnamen pertama yang menggunakan sistem penyisihan grup dan diikuti delapan tim. Ketika turnamen ini disebut tak mampu menarik antusiasme penonton, sepak bola Jerman mencuat.
Penulis: Wieta Rachmatia
Minimnya jumlah penonton bukan satu-satunya masalah yang muncul selama digelarnya putaran final Euro Italia 1980. Ulah para hooligans pada duel antara Inggris kontra Belgia juga sempat menjadi sorotan.
Tak hanya itu, Euro 1980 juga dikenal sebagai salah satu turnamen paling membosankan karena hampir seluruh tim mengusung strategi bertahan.
Total hanya 27 gol tercipta dalam 14 pertandingan. Rataan gol turnamen ini hanya 1,93 per partai.
Mengingat jumlah peserta yang bertambah menjadi delapan tim, sistem yang digunakan pun mengalami perubahan.
Pada babak pertama, delapan tim dibagi ke dalam dua grup. Di Grup A, Jerman Barat berhasil menempati posisi pertama dengan menorehkan dua kemenangan, plus satu hasil imbang.
Sebagai catatan, Jerman Barat merupakan salah satu tim yang tetap menyuguhkan permainan atraktif sekaligus efektif. Mereka mampu mencetak empat gol sepanjang fase grup.
Belgia yang diperkuat rising star macam Eric Gerets dan Erwin Vanderbergh, berhasil mematahkan prediksi dengan menjadi juara Grup B.
Di sisi lain, Italia yang notabene berstatus sebagai tuan rumah hanya finis di peringkat dua.
Sebagai juara grup, Jerman dan Belgia bertarung untuk memperebutkan gelar juara Eropa.
Sementara itu, Cekoslovakia dan Italia yang menjadi runner-up harus berduel guna menempati peringkat ketiga.
Pahlawan Jerman
Laga dramatis pun terjadi di final Piala Eropa 1980. Jerman Barat berhasil unggul lebih dulu melalui tembakan Horst Hrubesch saat pertandingan baru berjalan 10 menit.
Tertinggal satu gol tak membuat Belgia kehilangan kepercayaan diri. Pada menit ke-75, Rene Vandereycken berhasil menyamakan kedudukan bagi Belgia.
Namun, skor imbang 1-1 tak bertahan lama. Memasuki menit ke-88, Jerman Barat kembali membobol gawang Belgia.
Lagi-lagi Hrubesch yang berhasil mencetak gol bagi skuat Der Panzer melalui sundulan.
Meski sukses mencetak dua gol di partai final Piala Eropa 1980, reputasi Hrubesch tidak meroket sendirian.
Pemain macam Karl-Heinz Rummenigge dan Bernd Schuster, yang kala itu baru berusia 20 tahun, otomatis menjadi idola baru di Eropa.
"Jerman tidak sekadar menjadi tim yang kuat di semua posisi, melainkan tim yang anggotanya cocok bermain bersama. Kami berhasil menyuguhkan sepak bola indah," ucap Hrubesch.