Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Belum genap satu musim memperkuat Bayer Leverkusen, Javier Hernandez (27) sudah menjelma menjadi mesin gol klub Bundesliga tersebut. Secara terbuka, pemain yang akrab disapa Chicharito itu menyebutkan Leverkusen memberi kesempatan bermain yang tidak didapatnya bersama Man United dan Real Madrid.
Chicharito mencetak 24 gol dari 35 kali penampilan.
Pada enam bulan pertamanya berseragam Leverkusen, Chicharito menggebrak dengan mencetak 19 gol dari 22 kali tampil membela Leverkusen di semua ajang kompetisi.
Dia juga direken sebagai pemain yang memiliki kontribusi terbanyak di Bundesliga pada musim 2015-2016.
Menurut Chicharito, produktivitasnya tersebut tidak lepas dari kepercayaan yang diberi pihak klub kepadanya.
Hal tersebut berbeda dengan masa ketika dia masih bermain di Man United atau Real Madrid.
"Mungkin banyak yang menganggap Real Madrid dan Man United lebih besar dari Leverkusen. Namun, mereka tidak memberikan saya cukup banyak kesempatan bermain. Leverkusen memberi apa yang saya cari; kesempatan bermain sepak bola," ujar Chicharito.
Bermain untuk Manchester United sejak musim 2010-2011, Chicharito harus bersaing dengan bomber-bomber lainnya di tim berjulukan Setan Merah itu, seperti Wayne Rooney, Dimitar Berbatov, sampai Robin van Persie.
Namun, sampai musim 2013-2014, dia masih bisa menyumbang 59 gol untuk Man United.
Peruntungannya di Old Trafford berubah sejak Louis van Gaal masuk menggantikan David Moyes sebagai pelatih pada awal msuim 2014-2015.
Van Gaal menganggap keberadaan Chicharito sebagai surplus dalam skuatnya, dan meminjamkannya ke Real Madrid.
Ketika bermain di Real Madrid, situasi Chicharito tidak berubah. Dari 33 kali bermain, dia hanya mencetak sembilan gol. Chicharito dikembalikan ke Man United pada akhir musim, dan klub tersebut memutuskan melegonya ke Leverkusen.
Apakah Chicharito menyesal tidak pindah ke Leverkusen lebih awal?
Baginya, tidak menjadi pilihan utama pelatih adalah hal biasa.
"Pemain-pemain lain juga mengalaminya. Tidak ada pemain yang terus-menerus hebat, atau terus-menerus jelek. Selalu ada pelatih yang tidak adil ke pemainnya, karena dia hanya bisa memilih 11 orang sebagai starter. Saya belajar bahwa situasi sulit hanya berlangsung sementara," tutur Chicharito.