Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Siapa pun boleh setuju menganggap lakon derby della capitale antara Lazio versus AS Roma selalu bermakna spesial. Minggu (3/4/2016), kedua tim asal ibu kota Italia itu bakal beradu kekuatan lagi dalam lanjutan Serie A pekan ke-31.
Sejarah rivalitas kedua tim terhampar selama hampir sembilan dekade.
Sejak derbi ibu kota Italia edisi perdana digelar pada 8 Desember 1929, muncul berbagai drama yang bakal selalu dikenang.
Layaknya sebuah pertunjukan, pentas laga Roma kontra Lazio juga menyajikan kisah dengan genre campuran. Ada cerita yang unik, menarik, juga kelam.
Berikut lima momen spesial yang mewarnai derby della capitale sejak memasuki milenium ketiga.
1. Poker Montella; 10 Maret 2002 (Lazio vs Roma 1-5)
Tiada seorang pun yang sanggup mencetak lebih dari tiga gol dalam satu edisi derbi, kecuali Vincenzo Montella.
Eks penyerang berjulukan L’Aeroplanino (Pesawat Terbang Kecil) karena gaya selebrasinya itu menjadi aktor utama momen pesta lima gol Roma ke gawang Lazio 14 tahun silam.
Si Pesawat Kecil terbang empat kali setelah membukukan poker alias empat gol. Satu torehan sisa Roma disumbangkan kapten Francesco Totti.
Usai laga, Presiden Roma kala itu, Franco Sensi, langsung berlari ke ruang ganti pemain guna menyelamati Montella.
“Kesuksesan ini akan tercatat dalam sejarah,” kata Sensi.
Ucapan almarhum Sensi, yang wafat pada 2008, terbukti benar. Hingga menjelang derbi akhir pekan ini, rekor Montella belum bisa disamai siapa pun.
2. Pembunuh! Pembunuh!; 21 Maret 2004 (Lazio vs Roma 0-0)
Di Italia, posisi ultras atau suporter garis keras begitu tinggi, sampai-sampai bisa melampaui kewenangan otoritas klub, bahkan pengelola kompetisi.
Derbi Roma di Serie A pada 21 Maret 2004 harus dihentikan ketika laga memasuki menit keempat babak II akibat intervensi ultras.
Tindakan itu diawali rumor terbunuhnya seorang pendukung remaja akibat ditabrak mobil polisi di luar stadion.
Penonton di tribun bagian atas mengaku melihat sang korban ditutupi kain putih. Kabar itu merebak cepat di berbagai penjuru stadion.
Suporter di Olimpico gelisah. Ultras secara kompak meneriaki polisi di dalam stadion dengan ucapan "assassini, assassini!" alias "pembunuh!"
Kericuhan terjadi hingga ultras Roma menaiki pagar, menembus barikade keamanan, dan memasuki lapangan guna menemui Totti.
Kepada sang kapten, mereka menjelaskan situasi. Wasit Roberto Rosetti pun berdiskusi dengan Presiden Lega Serie A kala itu, Adriano Galliani, via telepon dan memutuskan laga dihentikan.
Di luar stadion terjadi kerusuhan antara fans dengan polisi yang berujung 13 orang ditangkap dan ratusan lain luka-luka.
Ternyata, rumor itu tidak benar. Sang korban ditutupi kain putih demi menghindari gas air mata lebih banyak akibat bentrokan di luar.
Polisi melindunginya sampai tiba ambulans. Dia selamat, bahkan menonton peristiwa di Olimpico dari rumah sakit!
Intervensi ultras telanjur membuktikan betapa besar kekuasaan mereka.
"Jika kita tetap bermain, mereka akan membunuh kita," kata Totti menjelaskan kepada pelatih Fabio Capello.
3. Salam Fasis; 6 Januari 2005 (Lazio vs Roma 3-1)
Sebuah noda di sepak bola Italia muncul ketika pemain Lazio, Paolo Di Canio, melakukan salam dengan gestur ala kaum fasis kepada suporter di tribun.
Secara terang-terangan, Di Canio memang mengaku dirinya mengidolai Benito Mussolini, pemimpin fasisme Italia masa lalu.
Aksi tersebut ialah salam fasis ketiga Di Canio dalam setahun. Ia dijatuhi sanksi denda 7.000 euro dan suspensi.
@premierleague Outstanding role model for us all pic.twitter.com/G90sNYae3I
— cba (@RelightMyDier) July 9, 2015
4. Final Perdana; 26 Mei 2013 (Roma vs Lazio 0-1)
Duel ini termasuk episode emas karena menjadi derbi ibu kota Italia perdana yang mentas di sebuah partai final.
Sebelum laga puncak Piala Italia ini digelar, Roma sudah melakoni 16 final, sedangkan Lazio tujuh kali.
Namun, baru pada 2013 keduanya bertemu di pertandingan puncak.
Keistimewaan laga ini semakin lengkap karena berlangsung di kandang mereka, Olimpico.
Lazio keluar sebagai juara setelah menang tipis berkat gol semata wayang Senad Lulic.
5. Selfie Totti; 11 Januari 2015 (Roma vs Lazio 2-2)
Lazio unggul dua gol lebih dulu via aksi Stefano Mauri dan Felipe Anderson. Roma mengatasi defisit dan menyamakan skor berkat dwigol Totti pada babak II.
Totti melengkapi kebangkitan I Lupi dengan salah satu selebrasi paling kondang di dunia sepak bola modern: selfie menggunakan iPhone 6 miliknya dengan latar belakang curva sud, tempat ultras Roma berkumpul.
"Saya menitipkan telepon genggam kepada Guido Nanni (pelatih kiper Roma)," ucap Totti mengenai sosok yang memberikannya gawai tersebut usai dia mencetak gol kedua.
Francesco Totti shows how celebrations evolve with technology: 2004 vs 2015! [@gpetriglieri] pic.twitter.com/6Z3o7e7oUq
— FourFourTweet (@FourFourTweet) January 11, 2015
Momen itu juga menandai munculnya Er Pupone sebagai top scorer sepanjang masa derbi Roma dengan 11 gol bersama Dino da Costa.
Selebrasi selfie ala Totti berjarak hampir 11 tahun dari aksi perayaan golnya yang juga terkenal pada derbi edisi 21 April 2004.
Kala itu, Totti merayakan gol penyama skor 1-1 dengan mengambil alih kamera televisi di tepi lapangan dan mengarahkannya ke tribun.