Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Saat Cruyff Hadapi PSSI Utama dan Galatama Selection

By Minggu, 27 Maret 2016 | 07:47 WIB
Foto ini diambil pada 1 Agustus 1974. Johan Cruyff (kiri) sedang berlaga bersama Barcelona di Stadion Camp Nou. (STF/AFP FILES/AFP )

Johan Cruyff sempat menjalani dua laga persahabatan pada 1980 di Jakarta bersama klub Amerika Serikat, Washington Diplomats,.

Berdasar arsip Harian KOMPAS, skuad Washington Diplomats tiba di Jakarta pada Senin (17/11/1980). Saat itu, Cruff dkk tengah menjalani tur ke wilayah Asia dengan menyambangi Hongkong, Jepang, dan Indonesia.

Diplomats dijadwalkan melakoni dua laga uji coba. Rabu (19/11/1980), klub asal Amerika Serikat itu akan ditantang PSSI Utama. Dua hari berselang, giliran tim gabung klub-klub profesional, Galatama Selection, yang dihadapi Cruyff dkk.

Selasa (18/11/1980), Diplomats dijadwalkan melakukan uji coba lapangan sekaligus latihan di Stadion Utama Senayan - sekarang Gelora Bung Karno. Namun, lantaran cuaca tak mendukung, latihan dibatalkan.

Bukan hanya lapangan yang terserang genangan cukup tinggi hingga ke seluruh sudutnya. Namun, seluruh tempat duduk di tribune bawah juga basah. Mereka pun langsung bertanding pada keesokan harinya.

Di hadapan sekitar 80.000 penonton yang memadati Stadion Utama Senayan, Diplomats menang 2-0 atas PSSI Utama berkat gol Mario Luna dan Thomas Ronjin.

"Pemain-pemain Anda bagus. Teknik mereka rata-rata lumayan. Tetapi, mereka tidak memanfaatkan sebaik-baiknya dalam pertandingan," ucap Cruyff seperti dilansir dari Harian Kompas, Kamis (20/11/1980).

"Dalam membangun serangan, mereka baru tampak berhasil sampai dua pertiga lapangan," kata pemain yang baru bergabung dari Los Angeles Aztecs pada 1980 itu.

Pelatih PSSI Utama, Harry Tjong, juga membeberkan alasan kekalahan timnya. "Pemain tidak jalankan instruksi," ujar dia.

 

Jumat (21/11/1980), giliran Galatama Selection yang dihadapi oleh Diplomats. Pelatih Diplomats, Gordon Bradley, berharap mendapatkan perlawanan lebih ketat dibandingkan pada laga versus PSSI Utama.

Akan tetapi, Iswadi Idris dkk gagal mempersembahkan kemenangan bagi 40.000 penonton di Stadion Utama Senayan. Galatama Selection kalah 0-3 dan salah satu gol tim tamu dicetak melalui penalti sang kapten.

"Diplomats bermain lebih baik daripada kemarin (lawan PSSI Utama)," ujar Sinyo Aliandoe, pelatih Galatama Selection.

Magnet Cruyff yang saat itu sudah berusia 33 tahun tampaknya masih besar bagi publik Indonesia. Jumlah 120.000 penonton di Stadion Utama Senayan dalam dua pertandingan Washington Diplomats itu membuktikannya.

Diplomats merupakan klub keempat Cruyff sepanjang kariernya. Dia memulai kariernya bersama tim Akademi Ajax Amsterdam pada 1957.

Menembus tim utama pada 1964, Cruyff lantas mengantarkan Ajax ke periode emas dengan merebut tiga kali beruntun Piala Champions. Dia juga didaulat sebagai pemain terbaik di dunia.

Pada 1973, Cruyff bergabung dengan Barcelona. Setelah lima tahun di Spanyol, dia menjajal kemampuan di Liga Amerika Serikat dengan memperkuat LA Aztecs (1979) dan Diplomats (1980-1981)

Dia kemudian kembali ke Spanyol dan memperkuat Levante. Sempat memperkuat Ajax untuk periode kedua pada 1981-1983, Cruyff lantas mengakhiri karier bersama Feyenoord pada 1984.

Setahun setelah gantung sepatu, Cruyff memulai karier kepelatihan bersama Ajax. Dia lalu bergabung dengan Barcelona pada 1988 dan mengakhiri kariernya sebagai pelatih klub pada 1996.

Kamis (24/3/2016), Cruyff mengembuskan napas terakhirnya. Ayah dari mantan pemain Manchester United dan Barcelona, Jordi Cruyff, itu meninggal setelah berjuang melawan kanker paru-paru yang dideritanya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P