Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Debby Susanto & Praveen Jordan: Antara Duka dan Perfeksionis

By Senin, 21 Maret 2016 | 10:00 WIB
Debby Susanto/Praveen Jordan, peraih gelar juara ganda campuran di All England 2016, berpose saat berlatih di pelatnas Cipayung. (FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA.NET)

Pemain ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto tampil istimewa di All England 2016 yang berakhir Minggu (13/3) dengan menjadi yang terbaik.

Penulis: Aprelia Wulansari

Pencapaian Praveen yang kini berusia 22 tahun dan Debby, 26 tahun, membuktikan bahwa ganda campuran Indonesia tak pernah kekurangan pemain. Selain itu, gelar semata wayang di All England 2016 ini sekaligus menaikkan pamor duo yang dipasangkan sejak awal 2014 ini.

Bagaimana besutan klub PB Djarum ini menanggapi gelar juara? Bagaimana komunikasi keduanya? Berikut penuturan keduanya kepada wartawan Tabloid BOLA, Aprelia Wulansari.

Bagaimana perasaan Anda dengan gelar juara All England?

Praveen (P): Senang dan bangga bisa menjuarai All England. Saya senang luar biasa. Apalagi, pertandingan-pertandingannya susah sekali karena bisa saja kami gagal. Jadi, rasa senang ini tidak bisa diungkapkan.

Debby (D): Pasti senang sekali, apalagi awalnya kami sempat tidak menyangka bisa menang.

Siapa yang dihubungi setelah meraih gelar juara?

P: Saya menelepon ayah. Hari final itu ternyata bertepatan dengan hari ketika nenek saya meninggal. Saya sempat marah kepada adik karena tak memberi tahu saya tentang berita duka ini. Keluarga memang sengaja menutupi agar tak mengganggu konsentrasi saya. Jadi, gelar ini seperti penghiburan untuk keluarga saya.

Bagaimana menilai pemberitaan yang semakin marak di media tentang Anda setelah meraih gelar juara di All England?

D: Saya lebih cenderung cuek dan tak mau menanggapi pemberitaan itu dari sisi positif atau negatif. Lagi pula, saya merasa sama saja. Tak menganggap adanya kepopularitasan yang meningkat.

P: Siap atau tidak, mau tidak mau, kami harus siap dengan pemberitaan. Kami harus bisa menghadapinya dengan pikiran positif.

Apa harapan di Olimpiade Rio 2016?

P: Olimpiade adalah ajang tertinggi dan saya mendapatkan kesempatan bermain di sana. Tentu saya akan menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin.

D: Semua atlet pasti ingin bermain baik. Harapan saya bisa meraih medali, bukan hanya menjadi partisipan.

Bagai mana komunikasi di antara kalian sekarang?

D: Seiring waktu, kami jauh lebih klop. Praveen sudah lebih kalem dan bisa mengontrol emosi.

P: Kami semakin banyak membahas bagaimana keinginan kami masing-masing sehingga bisa menemukan jalan keluar.

Apa hal yang tidak disukai dari duet Anda?

D: Aduh, apa ya? (berpikir). Mungkin karena saya cuek sehingga saya selalu santai menanggapi apa pun.

P: Menurut saya, Debby itu perfeksionis (tertawa).

Praveen, Anda kerap terlihat meluapkan emosi di lapangan.

P: Saya tidak marah ketika di lapangan. Memang di televisi saya pasti terlihat marah, tetapi sebenarnya tidak. Saya hanya meluapkan emosi dengan mengeluarkan suara.

Debby, Anda lebih senior. Bagaimana tanggapan diserbut sebagai penarik penampilan Praveen?

D: Kalau saya dianggap menarik penampilan dia, saya pikir tidak juga. Saya memang lebih senior dan mengayomi dia, tetapi kami setara di dalam lapangan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P