Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Diego Perotti, Titisan Francesco Totti

By Jumat, 11 Maret 2016 | 20:51 WIB
pemain AS Roma, Diego Perotti melakukan selebrasi setelah mencetak gol ketiga saat pertandingan Serie A antara AS Roma dan AFC Fiorentina di Stadio Olimpico tanggal 4 Maret 2016, Roma, Italia (PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES)

Badai cedera yang melanda AS Roma di ujung 2005 menghadirkan berkah buat Luciano Spalletti, Francesco Totti, dan juga klub. Sebuah solusi unik yang dikembangkan Spalletti membuat istilah false nine mulai dikenal.

Penulis: Anggun Pratama

Spalletti kala itu tak bisa menggunakan penyerang andalannya macam Vincenzo Montella, Antonio Cassano, atau Shabani Nonda akibat cedera.

Pemain serang senior fit tersisa adalah Francesco Totti.

Saat itu, Totti masih dikenal sebagai trequartista jempolan. Perannya adalah menguasai sepertiga bagian serang tim guna mendukung penyerang yang berada di depannya.

Spalletti secara cerdik memasang Totti sebagai penyerang tunggal dalam system 4-2-3-1.

Hanya, Totti tidak berperan sebagai penyerang tengah, advance forward, atau target man.

Totti tetap diberi pekerjaan sebagai trequartista. Ia memulai pergerakan tim sebagai seorang target man di depan.

Namun, ia selalu bergerak turun buat menguasai bola guna menciptakan ruang antara lini tengah dan lini belakang lawan agar dieksploitasi oleh rekan setimnya, terutama para pemain sayap.

Saat itu, Totti ditemani oleh Mirko Vucinic dan Amantino Mancini atau Rodrigo Taddei.