Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebelum menghadapi Stoke City di Stamford Bridge (5/3), Chelsea demikian optimistis mereka akhirnya bisa masuk ke zona Eropa. Syukur-syukur bisa menembus empat besar klasemen.
Penulis: Dian Savitri
Namun, setelah hasil akhir hanya seri 1-1, optimisme itu pudar. Manajer Guus Hiddink sendiri yang menyebut bahwa menembus zona Eropa menjadi sebuah mission impossible.
Apalagi kalau targetnya adalah berada di urutan keempat. Hiddink sudah lempar handuk untuk empat besar.
Sejak berada di Chelsea (lagi), sebenarnya Hiddink telah membalikkan kondisi klub itu.
Sebelum dia datang, Chelsea berada pada peringkat ke-15, hanya selisih dua poin dari zona degradasi. Kemudian, Chelsea tampil tak terkalahkan, menanjak ke posisi ke-10.
Chelsea bisa menang atas Norwich City (1/3). Sehari kemudian, Manchester City kalah dari Liverpool dan pembicaraan tentang Chelsea berada di posisi ke-4 pada akhir musim langsung merebak.
Akan tetapi, gol penyama kedudukan yang dibuat oleh Mame Biram Diouf untuk Stoke memupus harapan Hiddink. Setelah pertandingan itu, Chelsea berselisih 10 poin dari City, dengan jumlah pertandingan musim ini tinggal sembilan.
“Empat besar nyaris mustahil, terutama karena banyak tim lain yang juga mengincar kedudukan itu. Meski demikian, berada di papan tengah, jika didasarkan pada standar Chelsea, sama sekali tidak cukup,” kata Hiddink seperti dikatakannya kepada London Evening Standard Online.
Karena statusnya yang hanya caretaker manager, sudah jelas Hiddink tidak akan bisa berbuat banyak untuk Chelsea musim depan, kecuali kalau kondisi berkata lain.