Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

CLS Knights Surabaya Fokus Capai Grand Final Lebih Dulu

By Jumat, 4 Maret 2016 | 20:06 WIB
Pemain asing CLS Knights Surabaya Jamar Andre Johnson, ketika menghadapi Satria Muda pada seri III IBL 2016. (GONANG SUSATYO/BOLA/JUARA.NET)

YOGYAKARTA, JUARA.net – CLS Knights Surabaya menjalani Seri III Indonesia Basketball League (IBL) 2016 dengan hasil memuaskan. CLS Knights mengukuhkan posisinya di puncak klasemen setelah memetik lima kemenangan dan satu kali kalah pada seri di Yogyakarta.

Meskipun menjadi pemuncak klasemen, CLS Knights tetap harus waspada karena persaingan ketat dan kompetisi IBL yang masih panjang.

Pelatih CLS Wahyu Widayat Jati mengungkapkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan menjelang Seri IV di Semarang.

CLS pantas waspada karena satu-satunya kekalahan di Yogyakartamereka alami saat bertemu M88 Aspac Jakarta.

"Aspac lebih sering kalah saat bertemu Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta. Sebaliknya, kami bisa mengalahkan Satria Muda dan Pelita Jaya. Jadi, masih banyak PR yang harus diselesaikan," ucap Wahyu kepada JUARA.

Untuk lebih mengetahui perkembangan CLS selama menjalani tiga seri IBL, berikut wawancara wartawan JUARA, Gonang Susatyo dengan pelatih Wahyu tentang target yang dibidik CLS Knights dan kontribusi pemain naturalisasi. Jamarr Andre Johnson bagi tim.

Bagaimana dengan pencapaian CLS Knights pada Seri III di Yogyakarta?

Kami masih harus belajar dari gim yang sudah dijalani. Bila kami pernah menang atas Pelita Jaya, bukan berarti kami bisa mengalahkan mereka lagi. Begitu pula saat bertemu Satria Muda, bukan berarti kami bisa menang lagi saat kembali melawan mereka. Kemenangan adalah bagian dari gim, tetapi kami harus bekerja lagi untuk laga berikutnya. Apalagi tim ini masih dalam proses.

Bagaimana Anda melihat peta persaingan di IBL musim ini?

Persaingannya memang ketat. Kami memang masih berada di puncak klasemen. Peluang CLS Knights sendiri cukup besar. Yang terpenting, kami bisa menunjukkan konsistensi.

Musim ini, Anda menjalani debut sebagai pelatih di tim yang belum pernah juara. Prestasi tertinggi menjadi runner up di musim 2011. Bagaimana target CLS Knights di musim ini?

Target saya membawa CLS Knights ke grand final lebih dulu. Jika sudah mencapai final, selanjutnya kami bisa berbicara mengenai peluang juara. Menjadi juara tentu menjadi target paling tinggi.

Anda menyebut CLS Knights masih dalam proses dan banyak PR yang harus diselesaikan. Apa saja yang harus diperbaiki dari tim?

Selama ini CLS Knights lebih dikenal sebagai tim yang melakukan banyak shooting. Ini memang karakter tim Jawa Timur dan shooting mereka memang bagus. Ini terlihat pada permainan Sandy Febriansyah (small guard) dan Bima Riski Ardiansyah (small guard). Karakter permainan seperti (Rachmad) Febri Utomo (small forward) yang banyak penetrasi pada paint area justru jarang ditemukan. Oleh karena itu saya mencoba memadukan antara shooting, skill individu atau bagaimana force play mereka dan bagaimana bermain di paint area. Jadi, mereka tak hanya mengandalkan satu senjata saja sehingga mudah ditebak. Ada tiga hal yang harus dipadukan.

Bagaimana dengan kehadiran pemain naturalisasi Jamarr Andre Johnson? Seberapa penting peran dia di CLS Knights?

Ini musim pertama dia di IBL. Tetapi, dia sudah memberi kontribusi bagi tim. Bahkan menurut saya kehadiran dia bisa menjadi tren di IBL. Ada yang kontra memang karena dianggap mematikan talenta lokal. Namun saya menilai, pemain lokal harus dibiasakan menghadapi pemain asing.

Apakah kehadiran mereka bisa membantu menaikkan kualitas pemain lokal?

Jelas, pemain lokal akan mengalami peningkatan kualitas. Mereka mungkin tak menyadari kalau permainannya sudah berkembang. Itu baru dirasakan bila bertemu tim luar negeri. Saya adalah produk dari kompetisi yang menggunakan dua pemain impor. Karena sering bertemu mereka, saya menjadi tidak canggung atau demam panggung saat menghadapi tim luar negeri. Saya merasa biasa saja dan tidak ada tekanan. Jadi, peningkatan mereka lebih pada mental dan skill individu.

Tentu ada kerugiannya bila kehadiran mereka memunculkan kontroversial dan ada yang menentangnya?

Bila pemain impor atau mereka yang dinaturalisasi hanya sekadar mengejar statistik individu, maka pemain di tim mereka tidak banyak berkembang. Standar permainan mereka biasa saja. Berbeda bila mereka tak segan membantu pemain lokal. Jadi ada transfer knowledge. Pemain lokal pun ikut berkembang dan itu ada pada diri Jamarr. Dia selalu membantu pemain yunior di CLS Knights.


Pelatih CLS Knights Surabaya, Wahyu Widayat Jati(GONANG SUSATYO/BOLA/JUARA.NET)



 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P