Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pola Kekuatan Trio Penguasa Motogp

By Sabtu, 5 Maret 2016 | 14:14 WIB
Marc Marquez, Valentino Rossi, dan Jorge Lorenzo, para penguasa MotoGP. (ROBERT CIANFLONE/GETTY IMAGES, ROBERT CIANFLONE/GETTY IMAGES, MIRCO LAZZARI GP/GETTY IMAGES)

Selama tiga musim terakhir (2013, 2014, dan 2015), empat besar klasemen pebalap selalu diisi oleh duo Yamaha dan duo Honda, yakni Jorge Lorenzo, Valentino Rossi, Marc Marquez, serta Dani Pedrosa.

Penulis: Thomas Rizal

Berdasarkan hasil yang ditorehkan empat pebalap ini selama tiga musim tersebut, kemampuan tiga pebalap (Rossi, Lorenzo, Marquez) jika mengacu start dan finis sangat menonjol.

Hasil itu dapat dijelaskan melalui analisis statistik. Data ini membuat pola kekuatan para pebalap kemungkinan bakal terulang di musim 2016 yang segera dimulai.

Berikut analisis statistik tentang torehan start, finis, dan poin tiga pebalap tersebut selama tiga musim terakhir.

1. Pengalaman Rossi Berbicara

Selama tiga musim terakhir, Valentino Rossi tercatat sebagai pebalap yang paling banyak melakukan finis. Dari 54 balapan (2013-2015), Rossi finis sebanyak 50 kali.

Berdasarkan jumlah balapan yang dibagi dengan total finis, maka persentase finis Rossi terhadap start adalah 96,296 persen. Jumlah ini tertinggi dari empat pebalap.

Pengalaman Rossi selama 20 tahun membalap membuktikan dirinya sebagai pebalap yang paling sedikit terlibat kecelakaan.

Meski mencatat poin, jumlah kemenangan, dan pole paling banyak selama tiga musim terakhir (938 poin, 24 kemenangan, dan 30 pole), Marquez hanya finis sebanyak 45 kali.

Persentase finis Marquez hanya sebesar 83,333 persen. Dengan kata lain, The Baby Alien, yang memang baru tiga musim berada di MotoGP, nampaknya harus banyak belajar dari The Doctor.

2. Rossi Jagoan Menyalip

Selama tiga musim, Marquez rata-rata start dari posisi 2,15 dan finis pada posisi 2,29. Angka tersebut lebih baik daripada tiga pebalap lainnya.

Dengan kata lain, Marquez selama tiga musim terakhir selalu memulai balapan dari grid pertama dan mengakhiri balapan di podium.

Rata-rata posisi start Rossi hanya 5,926 dan rata-rata finisnya adalah 3,231. Artinya, rata-rata Rossi start dari grid kedua, namun mampu finis di posisi yang bisa naik podium.

Selain itu, Rossi mampu mencetak rata-rata selisih antara start dengan finis sebesar 2,673, tanpa menghitung balapan yang gagal finis.

Jumlah itu menunjukkan Rossi rata-rata selalu mampu melewati dua hingga tiga pebalap yang start di depannya dalam tiap balapan. Raihan ini adalah yang terbesar dibanding pebalap lainnya. Plus, Rossi jarang terlibat tabrakan dengan pebalap lain.

Hal itu menunjukkan Rossi memang pebalap yang paling jago menyalip para pebalap lain. Salah satunya jelas terlihat kala dia mampu melewati 24 pebalap pada balapan terakhir musim 2015 di GP Valencia.

3. Senjata Utama Lorenzo: Start Bagus

Dari data start dan finis para pebalap selama tiga musim, dapat dibuat suatu model fungsi matematis (persamaan garis) dengan menggunakan analisis regresi linier untuk memprediksi hasil balapan berdasarkan hasil start para pebalap.

Data start dan finis para pebalap diolah dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS (statistical package for social sciences).

Hasilnya, posisi start Lorenzo berpengaruh signifikan terhadap hasil finisnya, dengan besarnya ketergantungan Lorenzo terhadap start sebesar 50,8 persen.

Artinya, start bagus merupakan senjata utama bagi juara dunia musim 2015 tersebut untuk memenangi balapan. Hal ini sesuai dengan gaya balap Lorenzo, yang selalu ngacir apabila sudah start dari posisi depan.

Sementara itu, dengan analisis yang sama, tidak ada pengaruh signifikan pada model persamaan tiga pebalap lainnya. Besarnya ketergantungan tiga pebalap lainnya terhadap start tergolong kecil.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P