Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

'Adaptasi 6 Bulan di Pelatnas Bulu Tangkis Cipayung Membuang Waktu'

By Delia Mustikasari - Selasa, 1 Maret 2016 | 21:07 WIB
Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto (kiri) dan Kabid Binpres PP PBSI Rexy Mainaky, dalam acara diskusi bulu tangkis di Kantor Redaksi Tabloid BOLA, Palmerah, Jakarta, Selasa (1/3/2016). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET)

Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI), menilai waktu enam bulan beradaptasi bagi atlet yang baru masuk pelatnas di Cipayung, Jakarta dianggap membuang waktu.

Hal tersebut dikatakan Sekjen PP PBSI, Achmad Budiharto dalam diskusi bulu tangkis di Kantor Tabloid BOLA, Palmerah, Jakarta, Selasa (1/3/2016).

"Waktu enam bulan itu membuang waktu. Oleh karena itu, perlu adanya kesinambungan antara program di klub dengan pelatnas sehingga atlet yang masuk sudah siap mengikuti kompetisi," kata Budi.

"Kualitas sirkuit nasional (sirnas) masih dipertanyakan karena ajang tersebut masih menjadi ajang pencarian periuk nasi," ucap Budi.

PBSI kemudian mulai memikirkan agar sirnas bisa menjadi ajang untuk menaikan level pemain muda.

"Kami akan merancang kehadiran sirnas premiere agar ada poin lebih bagi pemain yang mengikuti ajang tersebut. Adanya penambahan poin mampu menarik pemain luar untuk berpartisipasi karena mereka ingin mendapat poin," tutur Budi.

Mengatasi hal tersebut, PBSI berusaha untuk meningkatkan kualitas pelatih daerah untuk memberikan dasar teknis yang jelas sebelum atlet asuhannya bisa masuk pelatnas.

"Perbaikan kualitas di daerah akan kami lakukan dengan mengunjungi Lampung. Setelah itu kami akan mengajak mereka ke pelatnas untuk ikut terlibat, tidak hanya sekadar menonton. Dengan begitu, ada perubahan kualitas di daerah," ucap Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpers) PP PBSI, Rexy Mainaky.

"Program latihan jangan hanya bersifat umum, tetapi spesifik dan dibantu pakar dari UNJ. Kita jangan terlalu muluk ingin mengejar China," ucap Rexy.

Dari sisi sport science Indonesia masih tertinggal. Padahal, PBSI tahun ini memasang target pada Piala Thomas Uber dan Olimpiade.

"Sport Science baru diterapkan PBSI setahun belakangan dan sifatnya masih sederhana. Untuk implemantasinya kami mendapat bantuan dari para ahli dari UNJ," kata Rexy.

Budi melanjutkan aspek sport science yang diperlukan pebulu tangkis mencakup sisi psikologi, fisiologi, medicare, dan performa analisis.

"Namun, kami masih memiliki keterbatasan peralatan. Untuk aspek psikologis yang dibahas bukan hanya sisi curhat, tetapi bagaimana menanamkan pikiran menjadi juara," tutur Budi.

"Untuk keterbatasan ini, kami akan menjalin kerja sama dengan negara lain. Minggu depan, kami akan bekerjasama dengan Kedutaan Australia," ucap Budi.


Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P