Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bursa transfer musim dingin sudah lewat, sementara bursa musim panas baru buka pada Juli mendatang. Kendati begitu, Inter terus dikaitkan dengan pemain baru: Ever Banega dan Roberto Soriano.
Penulis : Anggun Pratama
Kontrak Banega di Sevilla habis di akhir musim ini sehingga Inter sudah bisa berdiskusi langsung dengan sang pemain soal kontrak.
Kabarnya, Sevilla telah menyerah buat mempertahankan Banega dan telah mendapatkan calon pengganti sang pemain.
Corrierre dello Sport menyebut Banega sudah pasti bakal bermain di Inter musim depan. Harian olah raga yang berbasis di Kota Roma tersebut menyebut pria Argentina berusia 27 tahun itu sepakat mengikat diri dengan Inter selama tiga musim.
Kabarnya, ia menerima gaji pokok 3 juta euro (44,2 miliar rupiah) per musim, plus bonus.
Terkait Soriano, perwakilan Inter terus berdiskusi dengan pihak Sampdoria agar mau melepas sang gelandang.
Tentu kini yang menjadi pertanyaan adalah betulkah Inter butuh gelandang sentral? Bukankah Inter memerlukan penyerang tajam melihat minimnya jumlah gol yang mereka buat?
Inter cuma bisa membuat 34 gol dalam 26 pertandingan musim ini. Tak ada yang istimewa dalam statistik serangan Inter. Banyak gol yang lahir dengan memanfaatkan kesalahan lawan atau memaksimalkan set-piece.
Roberto Mancini dan Inter tampaknya yakin Soriano dan Banega adalah jawaban dari dua pertanyaan itu.
Inter sudah punya Mauro Icardi dan Eder, tetapi masih kurang tajam. Cara untuk meningkatkan ketajaman itu ada di lini tengah. Inter butuh pemain yang sanggup mengonstruksi serangan dengan baik.
Musim ini, gelandang sentral Inter punya keistimewaan dalam aspek bertahan. Gary Medel, Geoffrey Kondogbia, dan Felipe Melo punya karakter bertahan yang sangat kuat.
Cuma Marcelo Brozovic yang punya atribut lebih baik buat membangun permainan. Kaki-kakinya yang lincah dalam menggiring bola menjadi nilai positif yang sanggup membuatnya keluar dari tekanan lawan.
Kesalahan Inter
Laga lawan Sampdoria pekan lalu menjadi contoh sempurna.
Sepasang gol pertama Inter lahir dari skema sepak pojok. Gol terakhir yang dibuat Mauro Icardi muncul setelah bekas kapten Inter, Andrea Ranocchia, mengulangi kebiasaannya membuat kesalahan.
Hal yang mencolok dari cara menyerang Inter adalah mereka tak sanggup mengendalikan tempo.
Inter seolah bergerak dalam ketergesa-gesaan. Padahal, Mancini mencoba membuat timnya bermain sebagai pengendali laga.
Mancini ingin timnya bisa membangun serangan dari kiper. Kecuali Brozovic, gelandang sentral Inter lain tak terlalu nyaman mengendalikan bola dan buat mengatur tempo.
Lawan pun tinggal memberikan tekanan pada gelandang sentral itu. Hasilnya, Melo dkk Membuat operan sederhana untuk mencari aman atau terlalu cepat melempar bola ke para penyerang yang jauh di depan.
Efeknya mengular ke mana-mana. Bek sayap tak bisa terlalu berani buat merangsek ke depan karena risiko gelandang Inter menghilangkan bola.
Gelandang sayap dan penyerang turun terlalu jauh buat mencari bola.
Tentu penyerang macam Icardi bakal kehilangan ketajaman ketika punggungnya malah menghadap gawang lawan.
Icardi butuh servis di kotak penalti dari timnya buat mencetak gol.
Keberadaan Banega dan Soriano diharapkan bisa menjadi solusi atas pencarian Inter soal sosok pengatur tempo permainan tim.