Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
JUARA.net – Serikat Pesepak bola Pro Internasional (FIFPro) menjadi pengritik pertama Presiden baru FIFA, Gianni Infantino. Organisasi pimpinan Philippe Piat tak percaya dengan kepemimpinan pria asal Swiss ini dapat menjalankan reformasi sesuai yang diinginkan.
FIFPro melihat terpilihnya Infantino tak membuat lepas dari masalah sepak bola dunia saat ini. Struktur budaya dan rezim baru FIFA ini menurut FIFpro masih terbuka untuk praktik korupsi. Meskipun paket reformasi yang disetujui FIFA pada Jumat (26/2/2016, FIFPro takut meninggalkan masalah kekuasaan penuh dari 209 federasi anggota.
Menurut FIFPro, organisasi yang jadi anggota FIFA ini tidak mewakili olahraga. Namun, mereka memberikan pengaruh yang sangat besar pada isu-isu yang dapat memengaruhi stakeholder kunci seperti pemain, fans, klub, dan liga.
Reformasi yang baru diadopsi telah gagal untuk menjawab pertanyaan mendasar otoritas sepak bola terkait tanggung jawab manajemen mereka. Sistem pemerintahan dari FIFA telah berdasarkan hal yang mendorong barter dan insentif keuangan.
Belum lagi, FIFA masih bebas dari pengawasan eksternal oleh pemerintah dan pemangku kepentingan utama dari olahraga. Pemain, klub, liga, dan fans menurut mereka diabaikan dalam reformasi terakhir.
Theo van Seggelen, sekretaris jenderal (Sekjen) FIFPro mengatakan: ”Struktur yang ada masih tidak memungkinkan otoritas sepak bola bertanggung jawab. Tanggung jawab untuk manajemen mereka ke beberapa stakeholder yang paling penting dari olahraga.”
”Reformasi nyata akan terjadi kalau memastikan para pemain, klub, dan liga berpartisipasi secara adil serta proporsional dalam pengelolaan olahraga. Hal itu untuk membuat keputusan mengikat ke semua, terkait kekhawatiran masalah mereka selama ini,” lanjutnya.
”Reformasi berkubu dan bersatu dengan 209 asosiasi anggota dan enam konfederasi. Meskipun, mereka terlibat dalam korupsi dan skandal yang terus menimpa sepak bola,” ujar Presiden FIFPro, Philippe Piat, seperti yang dikutip dari situs resmi asosiasi tersebut.
”Para pemangku kepentingan utama, termasuk pemain, fans, liga dan klub, akan terus diabaikan. Kami sangat membutuhkan reformasi total dari FIFA dan bukan kelanjutan dari monopoli kekuasaan FIFA. Ini adalah kebutuhan mendesak untuk gelombang baru dan lebih luas dari reformasi,” tandasnya.