Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kandidat Juara Premier League; Fokus, Kerja Keras, Pengalaman

By Jumat, 26 Februari 2016 | 13:05 WIB
Striker Manchester City, Sergio Aguero dan Kelechi Iheanacho, tertunduk setelah Tottenham mencetak gol kedua laga di Stadion Etihad, Minggu (14/2/2016). (CLIVE BRUNSKILL/GETTY IMAGES)

Sebanyak 12 laga pamungkas Premier League 2015/16 akan kental diwarnai persaingan antara tiga kuda pacu yang saling adu cepat guna menuju singgasana juara.

Penulis : Sem Bagaskara

Leicester, Tottenham Hotspur, dan Arsenal dipercaya merupakan kandidat terkuat untuk menjuarai Premier League musim ini. Kenapa cuma tiga tim itu?

Start buruk menyebabkan juara bertahan Chelsea terjerembap terlalu jauh dari papan atas. Jagoan sarat tradisi macam Manchester United dan Liverpool terus terkendala inkonsistensi performa.

Bagaimana dengan Manchester City? Bukankah mereka hanya berjarak enam angka dari Leicester, yang tengah memimpin balapan.

"Apabila ingin menjuarai liga, kami wajib menang atas pesaing terberat," kata Manajer City, Manuel Pellegrini.

Syarat yang diutarakan Pellegrini itu belum jua mampu dipenuhi anak asuhnya. Musim ini The Citizens tak pernah sekali pun menuai kemenangan ketika berjumpa tim penghuni enam besar klasemen.


Robert Huth (kanan) merayakan gol Leicester ke gawang Manchester City di Stadion Etihad, 6 Februari 2016.(ADRIAN DENNIS / AFP)

Andai EPL 2015-2016 hanya menyertakan enam tim teratas saat ini, yakni Leicester, Tottenham, Arsenal, Man. City, Man. United, dan Southampton, skuat racikan Pellegriniakan berada di urutan terbawah.

Dalam 12 laga sisa, City masih punya jadwal bertemu penghuni enam besar semodel Man. United, Southampton, dan Arsenal. Menilik rekam jejak buruk The Citizens saat bersua sesama tim papan atas, lumrah jika label kandidat kuat juara tak lagi disematkan kepada mereka.

Balapan menuju gelar juara bakalseru karena baik Leicester, Tottenham, dan Arsenal sama-sama memegang keuntungan.

Sebanyak 12 laga ke depan bakal benar-benar menjadi final buat Leicester karena mereka tak lagi berkompetisi di ajang lain.

Jika Leicester diberkahi waktu untuk fokus, Spurs bertumpu pada ketebalan lini belakang dan tingginya etos kerja mereka.

Di lain sisi Arsenal punya pengalaman karena skuat beralias The Gunners itu lebih terbiasa bersaing di jalur juara ketimbang Leicester maupun Spurs.


Kiper Arsenal, Petr Cech (kiri), menghalau serangan pemain Leicester City, Shinji Okazaki, dalam pertandingan Premier League di Stadion Emirates, London, Inggris, 14 Februari 2016.(ROSS KINNAIRD/GETTY IMAGES)

Siapa menang? Arsenal bakal berkata bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Sementara itu Tottenham akan dengan bangga menyinggung soal kerja keras sebagai kunci kesuksesan.

Leicester? Pikiran yang focus tak terbantahkan lagi merupakan modal utama untuk mencapai cita-cita yang terlihat mustahil.

"Ketika kamu menginginkan sesuatu, seluruh alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya," kata penulis ternama asal Brasil, Paulo Coelho.


(GRAFIS: ANDREAS JOEVI/JUARA.NET)

[video]https://video.kompas.com/e/4773534344001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P