Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jelang pertandingan tandang ke Napoli, Senin (22/2/2016), AC Milan dihantui trauma kekalahan telak pada pertemuan pertama dari musuh yang sama. I Rossoneri bertekad menghindari hasil serupa berbekal perubahan mental yang baru.
Pada Oktober lalu, Milan menyerah dengan skor 0-4 di San Siro. Hasil negatif itu menjadi kekalahan terbesar yang dialami Rossoneri musim ini.
Apabila statistik permainan jadi patokan, boleh saja menganggap skor yang tercipta kala itu tidak adil bagi Milan. Pasukan Sinisa Mihajlovic melepas 12 tembakan, melebihi Napoli (11).
Para pemain Milan juga sering menusuk ke area sepertiga lapangan akhir. Rossoneri mencatat 13 kali aksi dribel, sedangkan Napoli 10.
Jumlah tekel 13 kali dari Milan berbanding 17 milik sang rival juga menunjukkan Napoli memperlihatkan kecenderungan defensif.
Namun, Napoli mengompensasi semuanya dengan permainan efektif dan menggigit. Saat itu, I Partenopei sedang panas karena menemukan racikan baru 4-3-3, yang melahirkan lima kemenangan serta 18 gol dari 6 partai mereka.
Sebaliknya, Milan masih terjebak dengan pola 4-3-1-2 dan utak-atik susunan pemain ala Mihajlovic.
[video]https://video.kompas.com/e/4755046287001_ackom_pballball[/video]
Menghadapi duel kedua nanti, pendukung Rossoneri menanti hasil yang berbeda. Kondisi mereka kini tak bisa disamakan dengan Oktober lalu karena sudah banyak perubahan yang terjadi.
Sejak kekalahan dari Napoli itu, Milan berevolusi. Skema 4-3-1-2 ditanggalkan. Perbaikan muncul dengan pemakaian 4-3-3 yang berbuah 3 kemenangan, 2 skor imbang, dan cuma satu kekalahan dalam enam partai berikutnya.