Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Presiden FIFA yang tengah menjalani hukuman, Sepp Blatter, mengaku menerima dukungan dari para mantan kekasihnya dalam menghadapi tuduhan korupsi yang menimpanya.
Blatter yang menjabat sebagai orang nomor satu FIFA sejak Juni 1998, sedang dihukum oleh Komite Etik FIFA berupa larangan aktif di sepak bola selama delapan tahun.
Pria 79 tahun asal Swiss itu dituduh menerima uang suap untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar.
Blatter pun mengajukan banding. Dia bersikeras tak pernah melakukan tindakan korupsi seperti yang telah dituduhkan oleh Komite Etik FIFA.
"Saya yakin masih ada keadilan di dunia ini, bahwa saya tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum pidana," ujar Blatter kepada The Times, Sabtu (20/2/2016).
"Saya tidak membunuh orang, merampok bank, dan mengambil uang dari manapun. Bahkan, saya memperlakukan semua mantan kekasih saya dengan baik. Itu benar. Mereka membela saya," kata Blatter.
Blatter tidak dihukum sendirian. Presiden UEFA, Michel Platini, juga dihukum selama delapan tahun larangan aktif di dunia sepak bola karena persoalan yang sama.
Adapun mantan Sekretaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, juga menerima hukuman yang tak kalah berat, yakni larangan berkegiatan di sepak bola selama 12 tahun dan denda sebesar Rp 1,3 miliar.
Baca juga: Terjerat Skandal Korupsi, Jerome Valcke Dihukum 12 Tahun
Kini, Blatter sedang menunggu hasil banding atas hukuman delapan tahun yang diterimanya, sambil menanti sosok yang akan menggantikannya.
Pemilihan Presiden FIFA akan digelar pada Jumat (26/2/2016) pekan depan. Terdapat lima kandidat yang akan bersaing untuk menduduki kursi Presiden FIFA, yakni Pangeran Ali bin al-Hussein, Sheikh Salman bin Ebrahim al-Khalifa, Gianni Infantino, Tokyo Sexwale, dan Jerome Champagne.
Dari lima kandidat di atas, Sheikh Salman (Presiden AFC) dan Infantino (Sekretaris Jenderal UEFA) menjadi sosok yang diunggulkan.