Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada sebuah stereotip yang bisa mencerminkan karakter orang Jerman: efisien. Juergen Klopp membawa efisiensi khas Jerman ke dalam kultur Liverpool.
Penulis: Anggun Pratama
Dalam sepak bola, efisiensi tersebut bisa terlihat ketika Bayern Muenchen mengumumkan Carlo Ancelotti sebagai pelatih mereka buat musim 2016/17 pada Desember 2015. Padahal, kala itu Pep Guardiola belum menyebarkan keputusan pindah ke Manchester City secara publik.
Orang Jerman terbiasa merencanakan berbagai hal dan menjalankan rencana tersebut sebaik mungkin. Cara itu yang membuat mereka efisien dalam menjalankan pekerjaan dan memanfaatkan waktu.
Klopp membawa kultur efisiensi itu ke kubu Anfield, terutama dari sisi transfer. Pada Senin (15/2/2016), Liverpool sudah memastikan mendapatkan jasa Joel Matip mulai musim 2016/17.
Transfer ini menghadirkan euforia bagi Liverpudlian mengingat bek tengah asal Kamerun tersebut didapatkan secara gratis karena kontraknya di Schalke kelar pada akhir musim ini.
Matip merupakan pemain baru kedua yang mulai bisa digunakan Si Merah musim depan. Pemain lainnya adalah gelandang sentral Marko Grujic, yang sudah didapatkan sejak bursa musim dingin silam.
Grujic langsung dikembalikan ke Red Star Belgrade sebagai pinjaman hingga akhir musim.
Aksi cepat Klopp dan manajemen Liverpool membuat Grujic dan Matip sudah siap beradaptasi lebih awal dengan cara kerja Klopp dengan mengikuti masa pramusim secara utuh.
"Keputusan pindah dari Schalke tidak mudah, tetapi saya yakin sekarang adalah momen tepat buat mengambil langkah selanjutnya dalam karier. Klopp dan Liverpool cocok buat saya," ucap Matip kepada Schalke TV.
Bild menyebut Matip mendapat kontrak selama empat tahun dengan gaji sekitar 5,4 juta pound (104,2 miliar rupiah) per musim, naik dari 4,2 juta pound per musim yang ia dapat di Schalke.
Pesona Klopp
Matip bukan pemain sembarangan. Di usia empat tahun, pria kelahiran 8 Agustus 1991 itu sudah masuk sekolah sepak bola SC Weitmar sebelum pindah ke akademi VFL Bochum pada usia 11 tahun.
Schalke mengajaknya bergabung ke akademi pada Juli 2000. Matip menjalani debut Bundesliga pada 7 November 2009 di usia 18 tahun. Laga debutnya istimewa karena langsung membuat gol kontra Bayern Muenchen dan membuat skor imbang 1-1.
Hingga akhir pekan kemarin, ia sudah mengoleksi 243 penampilan buat Schalke dan membuat 23 gol. Meski masih berusia 24 tahun, Matip sudah kaya pengalaman. Pria campuran Kamerun-Jerman ini rutin bermain di Liga Champion dan masuk dalam skuat Kamerun di Piala Dunia 2010 dan 2014.
Selama di Schalke, Matip sudah memenangi dua gelar, yakni DFB Pokal dan DFL Supercup pada 2011.
Status tersebut seperti menegaskan ucapan Klopp yang tak khawatir Liverpool bakal kesulitan mendatangkan pemain top meski tak bermain di Liga Champion musim depan.
Maklum, saat ini Si Merah masih terjebak di peringkat delapan dan berjarak 11 poin dari Manchester City sebagai penghuni peringkat empat.
Peluang lain buat lolos ke LC adalah dengan menjuarai Liga Europa. Biasanya, LC menjadi jualan bagi klub buat menarik pemain anyar. Filosofi itu tak sejalan dengan Klopp.
"Jika pemain datang ke Liverpool hanya untuk bermain di Liga Champion, pemikiran jangka pendek itu konyol. Saya tak suka bila ada pemain yang berkata, 'ah, tim Anda kan tidak ada di LC.' Kami justru ingin mendapatkan Anda karena kami ingin bermain di LC," ujar Klopp di Liverpool Echo.
"Bila pemain itu tak ingin membantu kami dengan hanya ingin terjun dalam gerbong kereta yang sudah melaju kencang, pemain itu bisa datang ke klub lain. Anda butuh kualitas dan mentalitas yang tepat buat tim ini," kata pria Jerman itu lagi.
[video]https://video.kompas.com/e/4755526145001_ackom_pballball[/video]