Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Senin (22/2/2016) di San Paolo, Milan akan bertemu Napoli pada pekan ke-26 Serie A. Ini adalah laga yang harus disikapi Milan dengan dendam, tapi juga rasa terima kasih.
Dendam karena Milan kalah telak 0-4 di San Siro pada pertemuan pertama. Tim asuhan Sinisa Mihajlovic sejauh ini sukses membalas dendam-dendam mereka yang dibawa dari putaran pertama.
Kalah 0-2 dari Fiorentina pada pertemuan pertama, Milan ganti memukul La Viola 2-0 pada putaran kedua kompetisi. Inter (0-1, 3-0) dan Genoa (0-1, 2-1) menjadi korban pembalasan dendam Milan berikutnya. Napoli pun dibidik menjadi target keempat.
Namun, Milan juga harus berterima kasih pada Napoli. Kekalahan 0-4 pada putaran pertama itu bisa dibilang menjadi titik balik performa Il Diavolo Rosso.
Sebelum pertemuan pertama melawan Napoli pada 4 Oktober 2015, Milan baru saja kalah 0-1 dari Genoa. Lebih ke belakang lagi, Setan Merah sudah kalah tiga kali dalam enam partai liga sebelum menghadapi Napoli. Miha pun menginginkan timnya bangkit.
“Ada pertandingan tertentu yang bisa mengubah musim sebuah tim. Laga melawan Napoli nanti bisa menjadi pertandingan seperti itu,” kata Miha ketika itu kepada Milan Channel.
Hasilnya tragis. Milan dikuliti empat gol tanpa balas. Tapi, hasil itu sekaligus menjadi tamparan keras yang menyadarkan Mihajlovic bahwa dia tidak bisa lagi terus ngotot memakai pola 4-3-1-2.
[video]https://video.kompas.com/e/4755046287001_ackom_pballball[/video]
Formasi 4-3-1-2 adalah favorit Miha. Tapi, sistem itu tidak berjalan baik karena Jeremy Menez cedera. Menez merupakan orang yang dipandang paling oke menempati posisi trequartista alias pemain tiga perempat yang berdiri di belakang dua penyerang.
Selepas horor melawan Napoli , Miha mengubah sistem permainan menjadi 4-3-3 dan kemudian 4-4-2. Dua formasi itu lebih cocok dengan ketersediaan pemain yang dimiliki Milan.