Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Inter Milan melakoni laga tandang ke Fiorentina, Minggu (14/2/2016) atau Senin dini hari WIB, sambil dibayangi trauma kekalahan telak 1-4 dari sang rival pada duel pertama. Pasukan Roberto Mancini terancam masuk lubang yang sama jika tak memperbaiki kekurangan yang masih muncul.
Duel pertama Inter kontra Fiorentina kala itu terjadi pada pekan ke-6 di Giuseppe Meazza. Tajuknya keren: duel kandidat kuat peraih scudetto.
Sebutan itu muncul karena Inter bermodal lima kemenangan beruntun dan memuncaki klasemen. Fiorentina tepat berada di bawahnya, sehingga posisi mereka langsung bertukar setelah pertandingan.
Saat publik menantikan duel berjalan ketat, yang terjadi justru situasi antiklimaks. Pertahanan Inter, yang hanya kebobolan sekali dalam lima pekan awal, diberondong empat gol.
Terlepas dari andil blunder kiper Samir Handanovic yang memicu terjadinya dua gol, nyaris seluruh komponen skuat Nerazzurri menjalani hari terburuk.
Fiorentina leluasa membongkar pertahanan Inter dan mencetak tiga gol dalam kurun 23 menit awal. Setelah itu, bek tuan rumah, Miranda, diusir akibat kartu merah!
Di luar performa buruk pemain Inter, racikan Mancini dalam laga itu memancing kritik tajam. Untuk pertama kalinya musim ini, sang pelatih memasang skema tiga bek sejak menit awal (3-5-2).
Padahal, Nerazzurri sudah nyaman bermain dengan pola 4-3-1-2 atau 4-3-3 yang menghasilkan lima kemenangan beruntun.
Improvisasi tambah kacau dengan penempatan bek sayap Davide Santon sebagai salah satu dari tiga bek sentral. Sementara, gelandang serang Ivan Perisic melakoni peran full-back dalam fase defensif.
Saat laga berjalan, Mancini juga melakukan 3-4 transisi taktik yang berbeda!
"Hanya masalah waktu untuk para pemain agar menyesuaikan diri," ucap Mancini kala itu beralibi kepada Corriere dello Sport.
Setelah Miranda diusir wasit, Inter menerapkan skema empat bek dengan 4-4-1 pada babak II. Hasilnya lumayan lantaran muncul gol Mauro Icardi.
Namun, langkah itu sudah telat akibat didahului kejutan gol-gol cepat lawan dan defisit jumlah pemain.
[video]https://video.kompas.com/e/4743223366001_ackom_pballball[/video]
Statistik juga membuktikan Inter kewalahan menandingi fantasi para pemain Fiorentina. Unsur itulah yang tidak ada di tubuh Nerazzurri.
Ketika itu, Inter untuk pertama kalinya tampil tanpa Stevan Jovetic, yang mengalami cedera. Padahal, pemain asal Montenegro itu sedang melakoni periode positif.
Inter pun kehilangan sosok kreatif. Sepanjang laga, hanya muncul dua penciptaan peluang yang berasal dari aksi pemain Si Hitam-Biru.
Total, Inter cuma melepas 298 operan pendek, kalah jauh dari Fiorentina (734). Namun, Icardi cs lebih sering melepas operan panjang (63) daripada La Viola (57).
Hal itu bukti bahwa anak asuh Mancini memilih bermain pragmatis dengan umpan-umpan langsung secara vertikal. Mereka menderita karena ketiadaan penyalur bola ulung, playmaker, atau sosok kreatif yang menghubungkan alur permainan antarlini.
Bahaya bagi Nerazzurri karena mereka masih belum menemukan sosok kreatif secara konsisten sampai sekarang.
Fiorentina juga bisa memanfaatkan kerapuhan pertahanan yang semakin melanda Inter. Gary Medel cs menderita 9 gol dalam 4 partai terakhir di berbagai ajang.
[video]https://video.kompas.com/e/4742510499001_ackom_pballball[/video]