Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persib di Tangan Pelatih Asing, Ada Tradisi di Zona Degradasi

By Sabtu, 13 Februari 2016 | 18:24 WIB
Kehadiran Marek Sledzlanowski sebagai pelatih menjadi bumerang bagi pemain senior pada kala itu (ERLI BAHTIAR/BOLA)

Kehadiran Dejan Antonic selaku pelatih anyar Persib diikuti bayang-bayang kelam berupa trek rekor yang tak pernah mulus selama dipimpin pelatih asing.

Penulis: Martinus Bangun/Erwin Snaz/Budi Kresnadi.

Semenjak perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Liga Indonesia 1994-1995, Persib lebih sukses di bawah sentuh an pelatih lokal ketimbang pelatih asing.

Sejarah mencatat saat meraih gelar juara Liga Indonesia 1994-1995 dan Liga Super Indonesia 2014, Persib ditangani putra asli Bumi Pasundan, yakni berturut-turut dilatih Erick Tohir dan Djadjang Nurdjaman.

Pada periode Liga Indonesia, Persib juga beberapa kali mencoba peruntungan di bawah kendali pelatih asing, dan Dejan merupakan pelatih asing ke-7 di Persib.

Dari enam pendahulu Dejan, tak satu pun yang mampu menghadirkan gelar juara. Beberapa di antara mereka bahkan hampir menjerumuskan Maung Bandung ke degradasi. Berikut rekam jejak mereka lewat penelusuran dokumentasi Tabloid BOLA.

1. MAREK SLEDZLANOWSKI (Dimulainya Era Pemain Asing)


Kehadiran Marek Sledzlanowski sebagai pelatih menjadi bumerang bagi pemain senior pada kala itu (ERLI BAHTIAR/BOLA)

Kala menjabat sebagai pelatih Persib di LI 2003, Marek kebagian merasakan tradisi baru lewat kebijakan merekrut pemain asing. Tiga pemain asal negaranya, Polandia, diboyong, yakni Mariusz Muharski (kiper), Piotr Orlinski (gelandang), dan Maciej Dolega (striker).

Kehadiran pelatih dan pemain asing anyar tersebut justru menjadi bumerang. Beberapa pemain lokal senior terpinggirkan, sementara pemain muda potensial semacam Yayan Sundaya bak kehilangan sosok senior di dalam tim.

Masa-masa awal Marek di Persib juga tak terlalu mulus. Ia bahkan absen mendampingi tim dan malah duduk di tribun penonton saat Persib hanya bermain imbang 0-0 dengan PSPS di laga perdana musim 2003.

Hal itu merupakan buah dari kekecewaan Marek terhadap lambatnya manajemen Persib dalam mengurus Surat Izin Kerja (ITC) Muharski, sehingga sang kiper belum bisa ditampilkan di laga perdana tersebut.

Menjelang akhir putaran pertama, Persib sempat berkutat di zona degradasi. Hubungan Marek dengan pemain lokal pun semakin memanas. Dadang Hidayat dkk. bahkan sempat membuat mosi tak percaya kepada sang pelatih.

Tepat setelah Persib melalui enam laga awal LI 2003 tanpa meraih satu pun kemenangan (2 imbang, 4 kalah), Marek akhirnya diminta lengser.

2. JUAN ANTONIO PAEZ, Tak Sepenuhnya Selamatkan Persib dari Zona Degradasi


Di masa kepelatihan Juan Antonio Paez, Persib sempat membaik, namun dipenghujung kompetisi nyaris terdegradasi (DOK.BOLA)

Paez masuk menggantikan Marek Sledzlanowski di putaran kedua LI 2003. Kala itu, posisi Persib tengah berada di zona degradasi.

Pada awal masa tugasnya, Paez mengganti seluruh legiun asing bawaan Marek dengan pemain pemain asal negerinya, Cile, yakni Alejandro Tobar, Rodrigo Alejandro, dan Claudio Lizama.

Performa Persib di putaran kedua memang sempat membaik. Namun, di pengujung kompetisi Persib justru terjebak di bibir jurang degradasi.

Kalaupun akhirnya Persib tak jadi turun kasta, hal itu lebih disebabkan faktor nonteknis. Pada pertengahan musim 2003, PSSI mengubah komposisi degradasi dari enam tim menjadi hanya empat tim.

Persib, yang menempati peringkat ke-16 di klasemen akhir, pun harus mengikuti laga play-off promosi-degradasi di Solo. Pada fase tersebut, Persib sukses mengungguli para pesaingnya, seperti Persela (menang 1-0) dan Perseden (imbang 4-4).

Kisah positif Paez di musim 2003 tersebut kembali mengantarkannya sebagai pelatih kepala Persib di LI 2004.

Beberapa pilar asing anyar ia datangkan, seperti Julio Lopez dan Adrian Colombo. Selain itu, ia kembali menarik beberapa senior yang sempat dilepas Marek seperti Yaris Riyadi, Suwita Pata, Usep Munandar, dan Erik Setiawan.

3. ARCAN IURIE, Diselamatkan Bencana Gempa Bumi


 Arcan Iurie(FERNANDO RANDY/BOLA)

Arcan Iurie bergabung ke Persib di awal Liga Indonesia 2006. Kala itu, ia menggantikan peran Djadjang Nurdjaman. Sebelumnya, status Djadjang hanya penerus Risnandar.

Arcan Iurie bergabung ke Persib di awal Liga Indonesia 2006. Kala itu, ia menggantikan peran Djadjang Nurdjaman. Sebelumnya, status Djadjang hanya penerus Risnandar.

Di bawah kendali Risnandar-Djadjang, Persib sempat menorehkan hasil terburuk selama Liga Indonesia, yakni berupa rentetan empat kekalahan di empat laga awal.

Bermaterikan komposisi pemain bagus, seperti Charis Yulianto, Gendut Doni, Zaenal Arif, dan pemain impor asal Thailand, Pradit Taweechai, Iurie sempat kesulitan mengangkat Persib dari papan bawah. Anak-anak Bandung bahkan sempat melalui delapan laga tanpa satu kali pun meraih kemenangan.

Maung Bandung akhirnya "terselamatkan" dengan dihapusnya babak play-off promosi-degradasi karena bencana gempa bumi di Yogyakarta.

Karier Iurie di Persib sempat bertahan di musim berikut (LI 2007). Lewat kolaborasi dengan manajer tim, Yossi Irianto, Persib merekrut sejumlah pemain asing seperti Nyeck Nyobe (Kamerun), Patricio Jimenez, Lorenzo Cabanas (Cile), dan Christian Bekamenga (Kamerun).

Jugas beberapa bintang lokal seperti Nova Arianto, Sonny Kurniawan, dan Bayu Sutha.

Pada awal musim, Yossi Irianto bahkan mengklaim timnya siap meraih gelar juara.

Namun, fakta berbicara lain. Laju cepat Persib di putaran pertama berubah drastis di putaran kedua. Mereka bahkan nihil kemenangan di enam laga menjelang garis fi nis kompetisi.

Rentetan hasil buruk tersebut membuat Persib kalah bersaing dengan Sriwijaya, Persija, PSMS, dan Persik, guna menjadi salah satu wakil di babak 8 besar dari Grup Barat.

Posisi Iurie akhirnya digantikan lima asistennya yang kala itu disebut sebagai Tim Lima, yakni Djadjang Nurdjaman, Robby Darwis, Anwar Sanusi, Dino Syafrianto, dan Adeng Hudaya.

4. DANIEL DARKO JANKOVIC , Diganti Sebelum Bertugas


kehadiran Daniel Darko Jankovic memunculkan isu tak sedap(DOK.BOLA )

Isu kehadiran Daniel Darko Jankovic selaku pelatih kepala Persib di LSI 2010/11 sempat memunculkan aroma tak sedap.

Hal itu terkait beredarnya isu bahwa pemegang lisensi kepelatihan UEFA tersebut datang karena rekomendasi pihak konsorsium Maung Bandung.

Tanda tanya besar mulai dialamatkan bobotoh kepada Jankovic setelah tim kesayangan mereka takluk 0-6 dari Sriwijaya FC di ajang pramusim, Inter Island Cup.

Situasi yang kurang kondusif berlanjut kala sang pelatih harus berselisih paham dengan kiper utama Persib kala itu, Markus Harris Maulana.

Hanya beberapa hari menjelang laga perdana LSI 2010/11 kontra Persela, Jankovic akhirnya dipecat. Posisinya digantikan sang asisten, Jovo Cuckovic.

"Situasinya serba tak nyaman bagi saya selaku pelatih. Padahal, awalnya saya yakin skuat ini bisa meraih prestasi," ujar Jankovic dalam sebuah kesempatan kepada BOLA.

5. JOVO CUCKOVIC  Lengkapi Paket tiga pelatih dalam semusim


Jovo Cuckovic naik menjadi pelatih kepala setelah rekannya didepak dari tim kepelatihan (BUDI KRESNADI)

Ia sempat bertahan hingga paruh musim sebelum akhirnya diganti pelatih lokal kawakan, Daniel Roekito.

Perpindahan tongkat estafet pelatih dari tangan Jankovic- Cuckovic-Roekito menjadikan Persib sebagai satu-satunya tim yang pada musim tersebut ditangani tiga pelatih secara bergantian.

Sebelum resmi lengser sebagai pelatih Persib, Jovo sempat "dirumahkan" selama sebulan dan perannya digantikan Robby Darwis, yang kala itu menjabat asisten pelatih.

Manajer Umuh Muchtar kala itu menuturkan bahwa posisi Jovo selaku pelatih kepala memang sulit digantikan karena Persib juga kesulitan mencari sosok pengganti ideal selaku pelatih kepala di tengah musim kompetisi.

6. DRAGO MAMIC,  Hanya Sebatas Penasaran


Torehan yang diberikan Drago Mamic dinilai kurang memuaskan oleh pihak Manajemen Maung Bandung(BUDI KRESNADI/BOLA)

Kamis, 15 September 2011, sesi latihan perdana Persib menjelang LSI 2011/12 langsung ditangani pelatih anyar Drago Mamic.

Antusias penggemar Maung Bandung terekam lewat kehadiran sekitar 5.000 bobotoh yang menyaksikan sesi latihan perdana tersebut di Stadion Siliwangi, Bandung.

Pada pekan berikut, Mamic langsung mencoba kerangka tim inti dalam sesi latihan di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang.

Ia mengusung pola 4-2-3-1 dengan mengandalkan Zdravko Dragiceviv sebagai striker tunggal. Selain itu, ia juga disokong beberapa pemain timnas, seperti M. Ilham, Atep, Toni Sucipto, Hariono, dan Zulkifli Syukur.

Meski bermaterikan banyak pemain nasional, Mamic hanya sanggup mengantarkan Persib ke papan tengah klasemen di paruh pertama musim.

Torehan itu dinilai kurang memuaskan oleh manajemen dan bobotoh. Apalagi, mereka berharap tim kesayangan warga Bandung tersebut bisa bersaing di papan atas klasemen.

Peran Mamic akhirnya digantikan legenda Persib, Robby Darwis, yang promosi dari posisi asisten pelatih.

Awalnya, Jovo Cuckovic berstatus sebagai asisten pelatih di bawah komando Daniel Darko Jankovic. Begitu sang kolega dipecat, Jovo naik jabatan sebagai pelatih kepala. 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P