Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Milan Tak Bisa Terbang Tanpa Pemain Sayap Murni

By Jumat, 12 Februari 2016 | 13:20 WIB
Gelandang Milan, Giacomo Bonaventura, beraksi saat melawan Inter, 31 Januari 2016. (MARCO LUZZANI/GETTY IMAGES)

Bonadipendenza. Istilah itu digunakan untuk menyebut penyakit ketergantungan Milan kepada Giacomo Bonaventura.

Penulis: Sem Bagaskara

Bonaventura tampil istimewa buat Milan musim ini. Pemain yang akrab disapa Jack itu telah mengontribusikan lima gol plus tujuh assist di Serie A 2015/16.

Ketika Bonaventura berhalangan tampil, Milan selalu gagal meraup poin sempurna. Tanpa Jack, Milan cuma bisa berbagi skor kacamata (0-0) dengan Atalanta dan bermain seri dengan Udinese (1-1).

Akan tetapi, sewaktu menjamu Udinese di San Siro akhir pekan silam, pelatih Milan, Sinisa Mihajlovic, menyebut anak asuhnya bermain bagus dan tak terlalu terkendala absensi Bonaventura.

"Kami tak punya keberuntungan pada musim ini di Serie A. Satu-satunya hasil imbang di mana sebenarnya kami layak kalah hanyalah pada laga versus Atalanta. Namun, di partai imbang kami yang lain, tim pantas mendapatkan hasil yang berbeda," kata Mihajlovic.

[video]https://video.kompas.com/e/4743325997001_ackom_pballball[/video]

Miha tak keliru. Milan sudah mulai bisa mengatasi masalah ketergantungan kepada fantasi dan kreasi Bonaventura.

Buktinya, ketika melawan Udinese, Il Diavolo Rosso sanggup menciptakan sederet peluang bagus.

Walau begitu, duel kontra Udinese tetap saja memperlihatkan kekurangan Milan soal amunisi sayap murni. Jika Milan diibaratkan seekor burung, mustahil ia akan terbang jika tak memiliki sayap.

Saat melawan Udinese, Mihajlovic menggeber skema 4-4-2 dan mendaulat Juraj Kucka untuk mengisi pos Bonaventura sebagai sayap kiri.

Kucka, yang aslinya gelandang, kemudian cedera dan terpaksa digantikan Mario Balotelli pada jeda pertandingan.

Kembali ke 4-3-1-2

Masuknya Balotelli menjadikan M'Baye Niang, yang tadinya bertugas mendampingi Carlos Bacca di sektor depan, mundur sedikit ke belakang guna melakoni peran sebagai sayap kiri.

Meski sering ditugaskan sebagai sayap, berulang kali Niang berujar bahwa dirinya paling nyaman bermain di posisi striker.

Mihajlovic barangkali sedang sial, karena di tengah bentrokan melawan Udinese, Niang juga ikut-ikutan cedera. Kevin-Prince Boateng lantas menggantikan peran pemain asal Prancis itu.

Lagi-lagi, Miha memainkan sayap "jadi-jadian" karena selama ini Boateng dikenal sebagai gelandang serang atau penyerang lubang.

Kondisi itu bisa menjawab kenapa istilah Bonadipendenza muncul. Sebab, memang hanya Bonaventura-lah pemain melebar natural Milan yang bisa secara sempurna menerjemahkan tugas seorang sayap kiri dalam skema 4-4-2.

Peran tersebut adalah habitat Jack. Selama berkarier di Atalanta (2007-2014), ia rutin mentas sebagai sayap kiri dalam patron 4-4-2.

Terasa wajar jika Mihajlovic dalam sejumlah kesempatan mengungkapkan bahwa 4-4-2 tak akan pernah menjadi formasi dasar Milan racikannya.

Ketika semua pemainnya fit, Miha mengaku akan segera kembali ke 4-3-1-2, pakem yang selalu ia andalkan pada tujuh pekan perdana Serie A 2015/16.

Formasi 4-3-1-2 tak menuntut Milan bermain dengan sayap. Kendati demikian, formula tersebut belum bisa digunakan lagi mengingat Miha masih terus memacu kebugaran Jeremy Menez, yang digadang-gadang sebagai figur paling pas untuk menjalankan peran sebagai trequartista (penyerang lubang).

[video]https://video.kompas.com/e/4744541461001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P