Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
SINGAPURA, JUARA.net – Noh Alam Shah sudah memutuskan pensiun dari sepak bola yang membesarkan namanya usai musim 2015 berakhir. Eks striker Arema saat juara Indonesia Super League (ISL) 2010 ini menikmati pekerjaannya kini kerja di rental mobil.
Musim terakhir Along, sapaan Alam Shah, sebelum pensiun, ia membela Tampines Rovers. Namun, pemain depan berusia 35 tahun itu lebih banyak jadi pemain cadangan bersama skuat The Stags.
Alam Shah pun selama musim 2015 lebih banyak menganggur dan akhirnya menambah penghasilan sebagai sopir taksi berbasis aplikasi. Kini, dia bekerja penuh sebagai bagian dari divisi rental mobil Komoco Motors.
Pekerjaan baru Alam Shah itu karena ajakan Teo Hock Seng, eks CEO Tampines Rovers yang dianggapnya sebagai ayah keduanya. Alam Shah yang sekarang berada jauh dari lapangan merasakan nyaman.
”Semua tahu, ketika saya masih kecil, saya punya mimpi untuk menjadi pesepak bola yang sukses. Saya pun mencapai itu semua,” kata Alam Shah, yang mencetak 35 gol dalam 80 penampilan untuk skuat The Lions, julukan timnas SIngapura.
”Saya harus bermain untuk negara saya, mendapatkan uang besar, menlakoni perjalanan ke mana-mana untuk memenangi piala domestik dan internasional. Tapi, di beberapa titik, mimpi harus berakhir dan Anda harus bangun,” lanjutnya.
Alam Shah sukses membawa Tampines Rovers jadi juara S.League tiga kali pada musim 2004, 2005, dan 2012. Dia juga pernah memenangi ISL 2010 bersama Arema lalu pernah jadi pencetak gol terbanyak Piala AFF 2007. Bersama Singapura, ia dua kali memenangi Piala AFF, edisi 2004 dan 2007.
”Aku benar-benar telah kehilangan hati dan motivasi untuk bermain lagi. Bahkan jika Anda memanggil saya dalam laga di Stadion Nasional besok, untuk bermain melawan Bayern Muenchen atau Barcelona, saya belum tentu bersedia,” tuturnya.
”Sepak bola bagi saya adalah masa lalu dan melepaskan semua bukan hal yang mudah, tapi tidak apa-apa,” kata Alam Shah.
Alam Shah mengakui kehilangan gairah untuk bermain sejak awal Mei lalu. Saat itu, ia mulai juga mengangkut penumpang di dalam mobil saudaranya di bawah layanan taksi pribadi beraplikasi, GrabCar, di waktu luangnya.
Lalu sebuah foto diposting di media sosial twitter dari seorang pelanggan GrabCar pun menyebar menjadi viral Agustus lalu. Pro dan kontra pun muncul, beberapa pengguna internet mengejeknya karena menilai kehidupan Alam Shah jatuh dari kehidupannya sebagai bintang sepak bola.
Lantas bagaimana sikap Alam Shah? Ia ternyata sama sekali terganggu. ”Seluruh hidup saya, bahkan ketika saya mencetak gol dan bermain untuk tim nasional, saya tidak pernah melihat diri saya sebagai seseorang yang berada di atas orang lain," katanya.
”Bagi saya, pekerjaan adalah pekerjaan. Saya hanya berpikir itu membantu saudara saya. Saya tidak pernah berpikir itu akan menjadi masalah besar. Ketika saya melaju dengan GrabCar, saya bertemu banyak penumpang yang mengakui saya dan mengatakan kepada saya mereka menghargai kontribusi saya untuk sepak bola Singapura.”
Kini, Alam Shah yang resmi meninggalkan lapangan hijau pun menyetujui ajakan Teo untuk kerja di Komoco Motors. Teo mendatangkan Alam Shah dari Sembawang Rangers ke Tampines Rovers pada 2002. Meskipun, reputasi Alam Shah kala itu dikenal sebagai pemain emosional dan indisipliner.
Namun, Teo justru meminjamkan 70.000 dollar Singapura untuk jaminan ketika adik Alam Shah, Noor Ashiq, dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Ashiq terlibat penyalahgunaan narkoba pada 2006.
”Setiap hari, saya hanya mencoba untuk membalasnya. Hanya, saya melakukan dengan cara yang berbeda sekarang. Mimpi saya adalah menjadi seperti manajer saya, Yunos (Samad, mantan pemain Tampines lain),” kata Alam Shah.
”Dia (Yunos) mulai dari awal, tepat setelah pensiun dari sepak bola, seperti yang saya lakukan sekarang. Dia telah bekerja untuk bos (Teo) selama 11 tahun. Jadi, itulah hal yang sama yang ingin saya lakukan.”