Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebelum sepak mula derbi della Madonnina dihelat, fan Milan di San Siro sebetulnya tengah mendendangkan protes. Curva Sud San Siro dipenuhi oleh bentangan spanduk dan banner dari suporter yang membentuk gambar raksasa.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Salah satunya menggambarkan momen terbaik derbi di era 1980- an, persisnya Oktober 1984.
Striker Milan, Mark Hateley, melompat lebih tinggi ketimbang bek Inter, Fulvio Collovati, untuk mencetak sebuah gol sundulan kemenangan.
Di sebagian lain banner, muncul tulisan "sovrastarli" yang apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia bisa berarti 'lompati atau lampaui mereka'.
Konteks yang diusung fan Milan barangkali soal perbedaan posisi di klasemen, tapi apa yang terjadi di lapangan bak sebuah ramalan.
Bek Milan, Alex, melompat lebih tinggi dari Davide Santon untuk mencetak gol sundulan, pembuka di pertandingan itu. Simbolisme dan memori langsung menyeruak.
Lebih dari tiga dasawarsa silam, Hateley memberikan kemenangan perdana Rossoneri di derbi dalam kurun lima tahun. Kini, Alex yang membuka kemenangan terbesar Milan di derbi sejak 2010-2011.
Baca juga:
Sovrastarli. Ya, skuat Milan saat ini memang bak gemar melompat lebih tinggi buat mencetak gol dari ayunan kepala.
Musim ini, Milan sudah mencetak delapan gol dari sundulan alias persis 25 persen dari total gol Milan di liga domestik (32 gol).
Tak ada tim lain di Serie A yang punya koleksi gol sundulan lebih banyak sampai pekan ke-22.
Bahkan, jika berkaca mundur ke beberapa musim terakhir, kepiawaian Milan dalam urusan mencetak gol dari ayunan kepala meningkat amat signifikan.
Musim lalu, Milan hanya bikin sembilan gol sundulan dari total 38 pertandingan. Pada dua musim sebelumnya, mereka cuma masing-masing mengemas enam dan dua gol dari ayunan kepala.
Situasi ini bisa menunjukkan bahwa gol sundulan sebetulnya bukan tradisi Milan, tapi lebih ke senjata rahasia yang saat ini seperti menjadi kekuatan utama mereka.