Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
“Saya ingin meminta maaf kepada Rafa dan ingin berterima kasih kepadanya. Namun, secara jujur saya harus mengakui bahwa perubahan pelatih telah membuat tim ini lebih baik. Anda harus menjadikan partai ini untuk melihat perbedaanya.”
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Ucapan di atas meluncur lugas dari mulut Luka Modric, gelandang elegan Real Madrid.
Menurut bintang Kroasia tersebut, permainan Madrid dinilai jauh membaik ketimbang saat dipegang Rafa Benitez.
Tak pernah mudah untuk membandingkan kinerja dua pelatih dalam dua musim berbeda.
Ada faktor nonteknis yang harus disertakan di dalamnya. Apalagi melakoni komparasi antara dua pelatih yang belum merampungkan satu musim secara penuh.
Jalan paling ideal, jika bukan yang paling logis, ialah dengan memakai catatan statistik.
Zidane terlihat superior berkat tiga kemenangan dan satu hasil imbang dalam empat laga pertamanya sejak berdebut di balik kendali kapal Los Merengues.
Zizou mengantar Karim Benzema dkk. melahap kemenangan besar atas Deportivo La Coruna (5-0), Sporting Gijon (5-1), dan Espanyol (6-0). Di samping itu, Madrid tertahan seri 1-1 tatkala bertamu ke Benito Villamarin, rumah Real Betis.
Secara keseluruhan, di empat duel perdana Zizou mencatat rekor 3-1-0 dengan raihan gol 17-2.
“Zizou datang dengan ide-ide dan skema latihan baru sehingga para pemain merasa lebih baik serta bisa meraih hasil bagus,” tutur Cristiano Ronaldo.
Memang, hanya para pemain yang bisa merasakan sendiri perbedaan yang dihadirkan Zizou. Akan tetapi, Modric dan Ronaldo seolah menutup mata perihal catatan apik Benitez pada empat laga pertamanya di Santiago Bernabeu.
Sama seperti Zizou, Rafa pun sukses membukukan rekor 3-1-0.
Angka itu diperoleh setelah membawa Madrid menang atas Shakhtar Donetsk (4-0), Real Betis (5-0), dan Espanyol (6-0), serta bermain imbang 0-0 dengan Sporting Gijon sehingga memberi agregat gol 15-0.
Mengejar Mou
Rasanya tak berlebihan menyebut bahwa Rafa terpinggirkan lantaran sebuah ketidakadilan. Memang, eks pembesut Valencia, Liverpool, Internazionale, dan Chelsea itu berdosa karena tak kuasa menghentikan pembantaian 0-4 yang dilakukan Barca di Bernabeu.
Ia juga tak berdaya melawan Sevilla (1-2) dan Villarreal (0-1).
Kendati demikian, sebagai nakhoda Rafa tetap harus berada di garis terdepan pada saat pemilik kapal mencari sosok yang bertanggung jawab apabila muncul lubang-lubang di lambung kapal.
Toh para pemain, termasuk Madridistas di seluruh penjuru dunia, tampak sudah bisa melupakan kontribusi singkat Rafa.
Yang ada, mereka justru tengah menantikan kiprah Zizou untuk mengembalikan Madrid ke jalur juara.
Entah itu di La Liga atau Liga Champion.
Zizou sendiri mengaku bahwa Madrid masih punya kans merebut mahkota domestik meski tak sebesar peluang Barca untuk mempertahankannya.
Sambil menunggu waktu pengesahan itu tiba pada pengujung Mei, Zizou bisa mengalihkan sasaran kepada upaya mengejar rekor lain.
Hingga pekan ke-22 musim 2015-2016, Madrid sudah mengoleksi 64 gol.
Sebanyak 47 gol yang disumbangkan pada zaman Rafa menjadikan rasio gol per partai Madrid berada di angka 2,6. Dalam empat laganya bersama Zizou, rasio gol per partai menjadi 4,25.
Jika mampu mempertahankan ritme setinggi itu, Madrid bisa menutup Primera Division dengan raihan total 131 gol. Jumlah itu akan melewati rekor gol pada masa kepemimpinan Jose Mourinho musim 2011/12 dengan 121 gol.
Menambah 57 gol dalam sisa 16 pekan akan menyamai rekor Mou. Lebih dari itu, rekor anyar akan terukir pada era Zizou. Namun, mungkin masih kurang absolut lantaran ada kontribusi 47 gol Rafa di dalamnya.
[video]https://video.kompas.com/e/4737627801001_ackom_pballball[/video]