Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Anomali Papan Tengah-Bawah di Bursa Transfer Inggris

By Jumat, 5 Februari 2016 | 08:34 WIB
Lima termahal EPL di bursa transfer Januari: Giannelli Imbula (Stoke), Oumar Niasse (Everton), Jonjo Shelvey (Newcastle), Andros Townsend (Newcastle), Benik Afobe (Bournemouth). (LUDVIG THUNMAN, STU FORSTER, IAN WALTON/GETTY IMAGES)

Bursa transfer musim dingin di Premier League 2015/16 resmi ditutup. Secara total, sebuah rekor tercipta ketika pengeluaran tim-tim EPL sepanjang dua jendela transfer, Juli-Agustus 2015 dan Januari 2016, mencapai angka satu miliar pound!

Penulis: Rizki Indra Sofa

Secara spesifik, jumlahnya ialah 1,085 miliar pound. Tentu saja pengeluaran lebih dari 21 triliun rupiah itu lebih banyak dihabiskan ke-20 klub EPL selama jendela transfer musim panas lalu.

Sebuah anomali memang terjadi musim ini ketika bursa transfer Januari menandai perputaran uang yang cukup besar, tetapi tidak melibatkan tim-tim besar!

Pergerakan uang dari tim-tim EPL di bursa Januari musim ini sekitar 186,4 juta pound. Situs Transfermarket merilis angka tersebut merupakan yang terbesar sejak 2010/11 (198 juta pound).

Hanya, kontribusi terhadap nilai tadi lebih banyak dilakukan tim papan tengah-bawah. Tim papan atas yang masih bersaing untuk meraih titel juara EPL musim ini tak melakukan pembelian masif.

Sebut saja Arsenal. Arsene Wenger menginginkan pelapis di lini tengah, seorang pemain yang punya kapasitas defensif mumpuni dan dia mendapatkan Mohamed Elneny dari Basel (7,4 juta pound).

Wenger barangkali lebih antusias melihat sejumlah pilar yang terhantam cedera mulai pulih.

Manchester City paling menghebohkan di deadline day. Bukan terkait perekrutan pemain, tapi keberhasilan mendatangkan Josep Guardiola mulai musim depan.

Soal pemain baru, The Citizens hanya membeli Anthony Caceres dari Central Coast Mariners. Namun, sang gelandang berusia 23 tahun itu kembali dipinjamkan ke klub Melbourne City.

City sebetulnya dan seharusnya bisa mendatangkan seorang bek anyar mengingat Vincent Kompany masih kerap cedera.


Ekspresi kekecewaan bek Manchester City, Vincent Kompany, saat harus meninggalkan lapangan karena cedera, pada lanjutan Premier League kontra Sunderland di Stadion Etihad, Sabtu (26/12/2015).(Jan Kruger/Getty Images)

Di sisi lain, para rekan di belakang, Eliaquim Mangala, Nicolas Otamendi, hingga Martin Demichelis, terus tak bisa konsisten. Barangkali petinggi City lebih memilih Guardiola yang memilih dan mengidentifikasi target sendiri awal musim depan.

Tottenham tak berbelanja banyak, cuma Shilow Tracey, bocah berusia 17 tahun yang sudah pasti bakal masuk tim junior. Manchester United juga hanya memulangkan Adnan Januzaj dari Borussia Dortmund.

Liverpool pun sepi aktivitas. The Reds gagal merekrut Alex Teixera dari Shakhtar Donetsk, tapi sukses memenangi perburuan terhadap playmaker muda Marko Grujic.

Bagaimana dengan sang raja di bursa transfer musim dingin, Chelsea? Sejak jendela transfer Januari diperkenalkan ke Inggris pada 2003, Chelsea masih menjadi tim yang paling boros pada periode ini. Namun, situasinya berubah saat ini ketika The Blues justru menjadi tim yang paling profit!

Penjualan Ramires ke klub asal Tiongkok, Jiangsu Suning, senilai 24,3 juta pound menambah tebal kas klub.

Dari sisi pembelian, The Blues hanya meminjam Alexandre Pato dan membeli Matt Miazga, dengan nilai sekitar 3,5 juta pound.

Ancaman Degradasi

Bursa transfer memang sering dianggap sebagai jalan keluar suatu masalah. Pilihannya biasanya cuma dua: pelatih baru atau pemain baru. Tak jarang kata-kata "baru" ini diasosiasikan dengan "bagus".

Padahal, pemain baru tak selalu bagus. Mungkin asumsi dan pola pikir ini yang mulai bergeser dari klub-klub pengejar titel.

Apalagi situasi di klasemen menunjukkan bahwa ketatnya persaingan di papan atas memberikan gambaran setiap tim saat ini sebetulnya baik-baik saja meski tanpa tambahan kekuatan.

Sangat wajar dengan asumsi tadi bahwa geliat besar justru dilakukan tim-tim papan tengah-bawah tabel EPL 2015/16.

[video]https://video.kompas.com/e/4737627801001_ackom_pballball[/video]

Alasannya kebalikan dari mereka di atas. Tim-tim papan bawah ingin menghindari degradasi dengan cara apa pun, termasuk "solusi instan" bursa transfer.

"Bursa transfer Januari memang didominasi tim-tim EPL di papan bawah dan tengah. Ancaman kehilangan pemasukan dari hak siar baru di EPL musim depan bisa jadi berkontribusi memaksa mereka buat berinvestasi supaya terhindar dari degradasi," tutur Dan Jones selaku analis finansial di Deloitte seperti dilansir Sky Sports.

Tak heran klub terboros sepanjang bursa transfer Januari ialah Newcastle dengan total pengeluaran 28,5 juta pound.

Untuk transfer individu termahal, Stoke juaranya dengan rekor pembelian 18,2 juta pound buat mendatangkan gelandang Giannelli Imbula dari Porto.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P