Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak ada pembelian besar yang dilakukan oleh Manchester City pada bursa transfer Januari. Akan tetapi, The Citizens tetap berhasil menghiasi tajuk utama berbagai media di penjuru dunia.
Penulis: Sem Bagaskara
City resmi menunjuk Pep Guardiola sebagai arsitek tim mulai musim 2016-2017, menggantikan tempat Manuel Pellegrini.
Guardiola, yang telah meraih 19 trofi selama menukangi Barcelona (2008-2012) dan Bayern Muenchen (2013-2016), bakal dikontrak City sampai 2019 dengan gaji sebesar 15 juta pound per musim.
Ia kian mengukuhkan status sebagai pelatih dengan bayaran termahal.
City sudah sejak lama menjadi pengagum berat talenta Guardiola, baik sebagai pemain maupun pelatih. Cinta Citizens kepada Guardiola telah dimulai sejak 2005.
Kala itu, Guardiola yang masih aktif bermain, menjalani tes bersama City usai dua tahun bertualang di Qatar bareng Al-Ahli.
"Saya butuh waktu yang lebih lama untuk mempertimbangkannya. Itulah kenapa kami menawarkan kontrak enam bulan," ujar pelatih City pada 2005, Stuart Pearce.
Guardiola, yang waktu itu berusia 34 tahun, enggan menerima kontrak singkat yang ditawarkan Citizens. Ia akhirnya berlabuh ke klub Meksiko, Dorados de Sinaloa, sebelum memulai karier kepelatihan bareng Barcelona B pada 2007.
City harus menanti selama 11 tahun untuk akhirnya benar-benar mendapatkan Guardiola. Apa yang bisa dijanjikan pelatih berkepala plontos itu untuk City?
Guardiola adalah orang yang sangat terobsesi kepada sepak bola. Manel Estiarte, salah seorang staf Guardiola di Barca dan Muenchen mengatakan bahwa sang pelatih punya "hukum" 32 menit.
"Anda mengundang Pep untuk makan bersama di restoran, berharap dia akan melupakan sepak bola, tapi 32 menit kemudian Anda akan melihat pikirannya berkelana," kata Estiarte.
Guardiola bahkan pernah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menganalisis video tim papan tengah Bundesliga, Koeln, yang menjadi calon lawan Muenchen.
Kaku
Kendati dikenal sebagai pengusung filosofi sepak bola indah, Guardiola sangat kaku terhadap detail, terutama soal posisi pemain.
Saat membesut Barcelona, Guardiola baru membebaskan para pemainnya bergerak setelah memasuki sepertiga akhir area lawan. Sebelum masuk wilayah itu, pantang bagi pemain menyalahi pola pergerakan yang sudah ditetapkan di papan strategi.
"Ketika Pep punya rencana, hargai rencana tersebut," ujar Thierry Henry, eks anak asuh Guardiola di Barcelona.
Kecenderungan itu bisa menjadi jawaban kenapa tim-tim asuhan Guardiola selalu punya rapor pertahanan bagus.
[video]https://video.kompas.com/e/4735031143001_ackom_pballball[/video]
City jelas semringah mengingat catatan defensif mereka pada era Pellegrini tak begitu meyakinkan.
Akan tetapi, Manajer Liverpool, Juergen Klopp, meyakini bahwa Premier League akan menjadi ujian yang lebih sulit bagi Guardiola ketimbang La Liga maupun Bundesliga. Hal senada diungkapkan arsitek Stoke yang juga pernah menukangi City, Mark Hughes.
"Meskipun Guardiola adalah manajer sukses, Premier League adalah sesuatu yang berbeda. Karena itu, ia membutuhkan waktu beradaptasi," kata Hughes.