Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pebulu tangkis Indonesia, Vita Marissa, mengakui bahwa menjadi pelatih itu lebih sulit daripada menjadi pemain. Hal tersebut dia ungkapkan setelah resmi bergabung ke pelatnas Cipayung, Jakarta pada awal 2016.
"Jadi pelatih itu sulit daripada menjadi pemain. Pemain hanya fokus memikirkan diri sendiri, sedangkan pelatih itu harus menyusun program dan tanggung jawabnya besar. Saya salut dengan pelatih yang bisa membawa sukses atletnya," kata Vita ditemui seusai pemberian penghargaan atlet PB Djarum di Senayan, Jakarta, Rabu (27/1/2016).
"Saya harus berangkat ke Cipayung jam 5.30 pagi. Baru saja ingin pensiun dari bulu tangkis, tetapi sudah harus kembali lagi berhubungan dengan bulu tangkis. Tetapi, saya senang karena tenaga saya masih dibutuhkan," ucap Vita sambil tertawa.
Vita awal tahun ini kembali ke pelatnas setelah menjuarai kejuaraan nasional (kejurnas) 2015 pada nomor ganda campuran bersama Rafiddias Akhdan Nugroho.
Sebagai juara kejurnas, pebulu tangkis 36 tahun itu memiliki hak mutlak ke pelatnas, namun statusnya bukan sebagai pemain yang ditargetkan untuk meraih prestasi.
"Peran saya disini sebagai sparring partner di pelatnas untuk jangka waktu enam bulan. Setelah itu, saya belum tahu bagaimana kelanjutannya apakah akan diperpanjang atau tidak. Saya tinggal menunggu sikap dari PBSI seberapa besar mereka membutuhkan saya," ucap Vita.
Di pelatnas Vita fokus menangani ganda campuran bersama mantan pelatihnya, Richard Mainaky dan mantan pasangannya saat di pelatnas, Nova Widianto.
"Bersama Kak Richard dan Nova saya ikut memberi masukan program. Disana saya lebih banyak berbagi pengalaman kepada pemain junior. Jika ada kesempatan, saya memberi masukan kepada mereka," tutur Vita.
Setelah meninggalkan pelatnas Cipayung selama enam tahun, perempuan kelahiran Jakarta itu merasakan adanya perubahan setelah dua minggu di pelatnas.
"PBSI sekarang sudah lebih teratur dalam hal ketersediaan nutrisi. Mulai dari urusan dapur, gizi, masseur, dan fasilitas pelatihan sudah lebih lengkap," aku Vita.
Vita mengundurkan diri dari pelatnas pada 2009. Selama menjadi pemain di luar pelatnas, Vita berhasil mengantarkan sejumlah pemain ke jajaran teratas dunia.
Praveen Jordan yang pernah berpasangan dengan Vita masuk pelatnas setelah meraih hasil cemerlang di nomor ganda campuran sepanjang 2013.
Terbaru, Vita kembali membawa Rafiddias kembali ke pelatnas. Padahal, mereka baru berpasangan selama tiga bulan.
"Berpasangan dengan Rafi bukan hal yang direncanakan seperti saat bersama Jordan (sapaan akrab Praveen Jordan). Kami baru ikut kejuaraan internasional pada turnamen Indonesian Masters di Malang. Jadi, ketika kami juara kejurnas itu karena faktor luck," ucap Vita.
Salah satu kunci Vita bisa mengantarkan pemain junior untuk berprestasi adalah komunikasi.
"Saya menganggap mereka sebagai teman asalkan dalam porsi yang wajar. Tanpa saya harus galak, mereka (pemain junior) sudah segan karena saya sebelumnya sudah menjadi pemain kelas dunia," kata Vita.