Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Masa kecil Sergio Aguero jauh dari kata bahagia. Sebelum menggapai status bintang sepak bola seperti sekarang, striker Manchester City itu hidup di bawah garis kemiskinan.
Aguero lahir di Quilmes, sebuah daerah di pinggiran kota Buenos Aires. Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di lingkungan kumuh bernama Villa Itati.
Ayah Aguero, Leonel, adalah seorang sopir taksi. Dengan penghasilan sebesar 20 pound atau sekitar 285 ribu per pekan, sang ayah harus menghidupi tujuh anaknya.
Hari-hari penuh derita harus dilalui Aguero dan keluarga. Ada saat di mana mereka dilanda kelaparan karena tak memiliki cukup uang.
"Saya hanya mulai makan dengan layak saat berusia 15 tahun, saat mendapat kontrak dari klub. Sebelumnya, sering kami tak cukup makan," tutur Aguero.
"Saya ingat, kami harus merebus mate (sejenis makanan yang terbuat dari akar lang-alang) lalu dimakan dengan roti. Setidaknya ada sesuatu yang membuat Anda kenyang."
"Ada hari di mana ayah saya tak punya cukup uang untuk membeli makanan dan kami harus tidur dengan perut lapar seraya esok hari dia mendapat banyak uang setelah bekerja," imbuh penyerang timnas Argentina itu.
Sepak bola menyelamatkan Aguero. Sejak direkrut oleh klub lokal, Independiente, ia terus berkembang sampai akhirnya kini menjadi seorang pemain bergaji 10.4 juta pound.
Meski sudah bergelimang harta, Ageuro tak melupakan jasa kedua orangtuanya, terutama ayah.
"Saya berhutang hidup pada ayah saya," kata Kun.